Teori-teori dalam Hedging komoditas dengan menggunakan kontrak futures secara formal dibagi kedalam tiga teori utama:
1. Traditional theory
Teori tradisional menekankan pada penghindaran risiko dengan menggunakan potensi yang ada pada futures market. Hedgers akan mengambil posisi pada futures market yang mana sama dalam ukuran tetapi berlawanan dengan posisi pada cash market. Teori tradisional merekomendasikan penerapan strategi full hedging. Teori tradisional ini banyak mendapatkan kritik karena menggunakan dugaan yang salah bahwa futures price naik atau turun dalam jumlah yang sama dengan naik atau turunnya spot price.
2. Working’s profit maximization
Working (1953, 1962) mengambil perspektif berbeda dalam memandang hedging dengan menggunakan kontrak futures. Working meragukan pandangan bahwa hedgers murni risk minimizers. Sebaliknya, Working percaya bahwa hedgers berperilaku seperti halnya seorang spekulator, yang memutuskan untuk melakukan hedging atau tidak melakukan hedging sesuai ekspektasi mereka tentang perubahan spot-future price relations. Dalam hal ini, traders melakukan hedging lebih secara selektif dan bukan secara rutin menurut ekspektasi atas perubahan basis.
3. Portfolio Theory
Teori portofolio merupakan perpaduan dari teori tradisional dan Working. Kedua teori tersebut dipadukan oleh Johnson (1960) dan Stein (1961), mereka menerapkan pendekatan teori portofolio yang
mengintegrasikan Working’s profit maximization dengan risk avoidance dari teori tradisional. Dengan menggunakan pendekatan ini, Johnson dan Stein mampu menjelaskan mengapa hedgers mau memiliki stok komoditas yang berstatus hedged dan unhedged.
Teori portofolio ini memperlakukan futures contract sebagai sebuah asset, dimana dalam hal ini trader secara potensial dapat menambahkannya kedalam portofolio beserta dengan underlying cash instrument. Johnson dan Stein memperlihatkan kerangka teoritis dimana hedgers masuk kedalam futures market untuk alasan yang sama dengan investor yang masuk kedalam pasar manapun, yaitu untuk mencapai return tertinggi untuk tingkat risiko tertentu. Kuantitas daripada kontrak futures yang masuk kedalam portofolio akan berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kapan memaksimumkan return dari portofolio atau meminimumkan varian atau risiko daripada return portofolio. (Leuthold, 1989) Dengan menggunakan metodologi dari Johnson dan Stein, Ederington (1979) melakukan studi atas futures market, dimana dalam studi tersebut Ederington menunjukan bahwa bahkan untuk risk minimizers, strategi full hedging bukanlah pendekatan yang paling baik, melainkan ada optimal hedging ratio (yang seringkali lebih kecil daripada satu) yang mempunyai tingkat risiko terkecil.
1. Traditional theory
Teori tradisional menekankan pada penghindaran risiko dengan menggunakan potensi yang ada pada futures market. Hedgers akan mengambil posisi pada futures market yang mana sama dalam ukuran tetapi berlawanan dengan posisi pada cash market. Teori tradisional merekomendasikan penerapan strategi full hedging. Teori tradisional ini banyak mendapatkan kritik karena menggunakan dugaan yang salah bahwa futures price naik atau turun dalam jumlah yang sama dengan naik atau turunnya spot price.
2. Working’s profit maximization
Working (1953, 1962) mengambil perspektif berbeda dalam memandang hedging dengan menggunakan kontrak futures. Working meragukan pandangan bahwa hedgers murni risk minimizers. Sebaliknya, Working percaya bahwa hedgers berperilaku seperti halnya seorang spekulator, yang memutuskan untuk melakukan hedging atau tidak melakukan hedging sesuai ekspektasi mereka tentang perubahan spot-future price relations. Dalam hal ini, traders melakukan hedging lebih secara selektif dan bukan secara rutin menurut ekspektasi atas perubahan basis.
3. Portfolio Theory
Teori portofolio merupakan perpaduan dari teori tradisional dan Working. Kedua teori tersebut dipadukan oleh Johnson (1960) dan Stein (1961), mereka menerapkan pendekatan teori portofolio yang
mengintegrasikan Working’s profit maximization dengan risk avoidance dari teori tradisional. Dengan menggunakan pendekatan ini, Johnson dan Stein mampu menjelaskan mengapa hedgers mau memiliki stok komoditas yang berstatus hedged dan unhedged.
Teori portofolio ini memperlakukan futures contract sebagai sebuah asset, dimana dalam hal ini trader secara potensial dapat menambahkannya kedalam portofolio beserta dengan underlying cash instrument. Johnson dan Stein memperlihatkan kerangka teoritis dimana hedgers masuk kedalam futures market untuk alasan yang sama dengan investor yang masuk kedalam pasar manapun, yaitu untuk mencapai return tertinggi untuk tingkat risiko tertentu. Kuantitas daripada kontrak futures yang masuk kedalam portofolio akan berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kapan memaksimumkan return dari portofolio atau meminimumkan varian atau risiko daripada return portofolio. (Leuthold, 1989) Dengan menggunakan metodologi dari Johnson dan Stein, Ederington (1979) melakukan studi atas futures market, dimana dalam studi tersebut Ederington menunjukan bahwa bahkan untuk risk minimizers, strategi full hedging bukanlah pendekatan yang paling baik, melainkan ada optimal hedging ratio (yang seringkali lebih kecil daripada satu) yang mempunyai tingkat risiko terkecil.
No comments:
Post a Comment