Menghilangkan cara berpikir negatif harus dimulai dengan pembenahan paradigma dan kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi cara kerja pikiran.
Dalam tulisan terdahulu sudah dibahas tentang dampak negatif dari cara berpikir negatif. Juga ditegaskan bahwa paradigma, citra diri, dan persepsi yang berpengaruh dalam memunculkan negativisme, sebenarnya merupakan buah kerja pikiran kita. Sejauh itu merupakan buah kerja pikiran, sesungguhnya kita mempunyai kendali sepenuhnya atas hal-hal tadi. Jadi, menghindari pikiran negatif sama artinya dengan mengendalikan atau mengarahkan cara pandang terhadap suatu masalah, ke arah mana supaya cara pandang tersebut mampu memberi kita persepsi-persepsi dan pencitraan yang lebih positif.
Konsep filosofis Cina tentang energi atau kekuatan yang menggerakkan alam semesta dibedakan dalam dua kekuatan yang saling bertautan, yaitu kekuatan yang (maskulin atau positif) dan yin (feminim atau negatif). Di dunia yang relatif ini, tidak ada sesuatu hal yang secara absolut hanya mengandung sesuatu yang positif atau sebaliknya, absolut hanya mengandung unsur negatif. Dua kekuatan ini selalu ada dalam esensi setiap hal dan jalin-menjalin menjadi suatu keseimbangan sehingga kehidupan ini dapat berlangsung. Manakala keseimbangan unsur atau kekuatan tersebut terganggu, maka muncullah suatu masalah yang hanya bisa diselesaikan dengan mengembalikan keseimbangan sebelumnya.
Ini memang hukum alam yang berlaku universal. Secara hakiki, dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu dihadapkan pada hal-hal yang pada saat bersamaan memiliki dua sisi; negatif maupun positif. Kita tidak mungkin menolak, meniadakan, atau menganggap salah satu di antaranya tidak eksis sama sekali. Menerima keberadaan sisi negatif dan positif itu bisa memberi kita alasan untuk bersikap lebih realistis.
Tetapi satu hal yang harus kita camkan, kita memiliki kebebasan sepenuhnya untuk memilih antara yang positif dan negatif. Dengan menggunakan kacamata ini, sebenarnya kita berkuasa sepenuhnya untuk memilih cara kerja pikiran yang sebanyak mungkin bisa memproduksi ide-ide, pemikiran, persepsi, pemaknaan, dan pencitraan yang lebih positif. Pada tahap selanjutnya, pembenahan di tingkat abstrak itu harus ditindaklanjuti dengan pembenahan di tingkat aksi yang konkrit, seperti mengembangkan kebiasaan-kebiasaan positif setiap waktunya.
Nah, bila kita berani mengubah paradigma seperti di atas, maka langkah berikutnya untuk mengendalikan negative thinking adalah dengan menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan berperilaku sbb:
1. Masukkan hanya pikiran-pikiran positif dalam ingatan kita.
Apabila kita mendapat kritik, kita bisa memilih untuk menanggapinya secara positif atau negatif. Orang yang kehidupannya efektif hanya mengambil sisi positif dari sebuah kritik, seperti menanggapnya sebagai peringatan atas pentingnya meningkatkan kewaspadaan, perlunya memperbaiki diri, atau mengingatkannya untuk melihat fakta yang selama ini lepas dari perhatiannya. Orang yang positif menganggap kritikan sebagai sebentuk pemberian atau perhatian yang terkatakan dengan caranya yang khas dan bervariasi.
Kritikan, koreksi, tanggapan miring, komentar berlawanan, semuanya terus terjadi dalam keseharian kita. Nyaris tak terelakkan. Daripada menanggapinya secara negatif, dan itu berarti menggerojok ingatan kita dengan pikiran-pikiran negatif, lebih baik kita hanya melihat sisi positifnya. Dengan secara sadar memilih sisi positifnya, kita justru mendapat kekuatan baru yang lebih besar, yaitu berupa pencitraan diri yang wajar dan lebih baik.
2. Keluarkan hanya pikiran-pikiran positif.
Ingatan kita dipenuhi oleh berbagai hal, baik yang positif maupun negatif. Dalam menanggapi suatu persoalan, sekali lagi gunakan hak pilih kita untuk mengajukan pikiran-pikiran positif. Misalnya, kita ditantang untuk mencoba sebuah karir baru. Jika kita memilih menanggapinya secara negatif, maka yang keluar adalah rasa takut mencoba, khawatir gagal, rasa tidak percaya diri, menunda, dan tidak termotivasi. Jika menanggapi tantangan itu secara positif, kita bisa mengarahkan pikiran untuk memproduksi gagasan-gagasan tentang besarnya peluang yang terhampar di depan kita, kesempatan memperbaiki kehidupan, kesempatan mencoba sesuatu yang baru, atau bahkan cara-cara cerdas untuk membuat tantangan itu menjadi target yang bisa dipecahkan.
Tanggapan positif selalu mendatangkan tenaga atau aura positif. Sebaliknya, tanggapan negatif berarti menguras tenaga kita dan menampilkan aura yang suram.
3. Gunakan hanya kosa kata positif.
Apa yang kita pikirkan akan terpancar melalui perkataan dan perkataan akan mendasari perbuatan. Orang yang sukses dan efektif kehidupannya jarang sekali menggunakan kosa kata negatif seperti; susah, sulit, mustahil, membosankan, percuma, tidak menarik, tidak ada harapan, menyerah, terlalu berbahaya, tidak ada jaminan, dll. Sebaliknya, mereka lebih hidup jika selalu memilih memakai kosa kata positif seperti; peluang, tantangan, optimis, kreatif, inovatif, baru, saya bisa, menjanjikan, yakin 100%, mengapa tidak, tantangan yang menarik, tak ada salahnya dicoba, dll.
Setiap kali menggunakan kosa kata negatif, setiap kali itu pula pikiran kita mengandung energi negatif. Sebaliknya, setiap kali kita memakai kosa kata positif, kali itu juga pikiran kita mengandung energi positif. Semakin banyak energi positif memancar, semakin bagus aura kita,s emakin baik pula pencitraan diri kita.
4. Bergaulah dengan orang yang positif.
Sulit menolak kenyataan bahwa lingkungan sekitar kita begitu berpengaruhnya terhadap cara berpikir, sikap, dan perilaku kita. Dalam batas-batas tertentu, kita masih bisa mempertahankan independensi, tapi tidak berarti bisa menghilangkan sama sekali pengaruhnya. Orang yang positif dan berpotensi besar akan semakin berkembang jika bergabung dengan tim atau orang-orang yang memiliki pikiran dan semangat yang sama. Sebaliknya, orang itu bisa surut atau bahkan terbawa arus oleh iklim di mana hanya ada orang-orang yang negatif dan malas berkembang.
Pikiran positif atau negatif itu menular. Jadi, supaya kecenderungan negaivisme kita berkurang, langkah terbaiknya adalah selalu berkumpul, bekerjasama, dan saling belajar dengan orang-orang yang bermental positif.
5. Jadikan positivisme sebagai kebiasaan.
Dalam upaya mengefektifkan kehidupan kita, tak ada cara yang lebih ampuh selain menumbuhkan cara-cara berpikir, memahami, bertindak, bertutur kata, memaknai diri, dan bergaul secara positif. Kembangkan kebiasaan berpikir setiap hari yang hanya memproduksi pikiran positif, supaya citra diri kita dibentuk oleh gambaran-gambaran terbaik seperti yang kita harapkan. Kita harus memahami atau merespon setiap persoalan secara wajar dan realistis supaya tidak salah bertindak. Tutur kata harus mencerminkan semangat, kegairahan, keinginan mencapai impian, dan secara pasti memotivasi tindakan-tindakan yang konstruktif.
Semua perubahan dimulai dari ide, gagasan, atau pikiran. Perubahan dalam kehidupan selalu diawali dari perubahan cara mengelola pikiran. Pikiran adalah aset yang luar biasa yang dimiliki setiap manusia di muka bumi ini. Sayang sekali banyak orang mengunakan pikirannya bukan sebagai daya ungkit bagi kemajuan dan kesuksesan hidupnya. Sebaliknya, banyak orang yang –secara sadar maupun tidak– menjadikan kekuatan pikirannya justru sebagai penghalang utama bagi cita-cita keberhasilannya.
Orang sukses yang mampu mengendalikan pikirannya akan memilih cara kerja pikiran yang lebih banyak memproduksi pikiran positif. Orang gagal membiarkan pikirannya bekerja tanpa kendali dan terjerumus pada cara kerja negatif, sehingga hasil produksinya pun tak lain hanya sekadar pikiran-pikiran negatif yang menghambat kemajuannya. Sebab itu, jika Anda ingin sukses, permudahlan munculnya pikiran-pikiran positif. Dan sebaliknya, persulitlah munculnya pikiran-pikiran negatif.(ez)
Sumber :http://www.pembelajar.com
No comments:
Post a Comment