Psikologi
diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad
sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya
menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan.
Secara spesifik , selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi
saling bersaing untuk mendominasi yang lain.
Para psikolog bekerja
di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki berbagai
macam peran, bahkan dalam lingkungan akademiapsikologi kontemporer cukup
sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi dilakukan di
departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan hubungan
social. Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih
besar daripada menuju suatu kesatuan kohesif.
Sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20 memberikan
deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai
keragamanya. Fase sistem dalam perkembangan psikologi merupakan bagian
penting dalam evolusi psikologi. Fase tersebut menunjukan kesulitan
dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan menempatkan
psikologi dalam ilmu pengetahuan. Karena wujud empiris ilmu pengetahuan
merupakan kesamaan utama di antara bidang-bidang kontemporer penelitian
psikologi.
1. Pengertian Psikologi
Psikologi
lahir di jerman pada tahun 1870-an sebagai disiplin ilmiyah yang
diakui. Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos =
kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung
karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah
laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku
manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih
muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari
ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti
ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia
(psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
Jiwa secara harfiah
berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga hidup
(levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena jiwa itu
merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa
diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung
mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang
meraga/menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas,
perbuatan, penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk memisahkan diri dari ilmu
filsafat.
Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian
yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja
seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan
lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat,
mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan
emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lai-lain.
Kegiatan
berpikir dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap
penampilan dari kehidupan bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang
diam dan mendengarkan musik atau tengah melihat televisi tidak bisa
dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama sekali sudah tidak ada unsur
keaktifan, disebut dengan mati.
Pada pokoknya, psikologi itu
menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir,
belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam
kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Pengenalan atau kognisi
2) Perasaan atau emosi
3) Kemauan atau konasi
4) Gejala campuran.
Namun
hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu
pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua
kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan, juga
alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya.
2. Timbulnya Aliran-aliran Dalam Psikologi
Psikologi
lahir di Jerman pada tahun 1870-an sebagai disiplin ilmiyah yang
diakui. Tema aktivitas esensial pikiran yang selalu terdapat dalam
filsafat Jerman memberikan ruang intelektual yang menggairahkan yang
menjadi alasan meyakinkan bagi berdirinya psikologi, dan juga memicu
lahirnya berbagai model dengan usulan substansi dan metodologi psikologi
yang berbeda. Suatu alternatif digambarkan sebagai model ilmu
pengetahuan manusia, yang mengajukan berbagai metodologi empirik yang
lebih terbuka yang didasarkan pada obervarsi, tetapi tidak selalu
eksperimental. Hingga pada akhirnya timbulah beberapa aliran dalam
psikologi, yang diantaranya adalah :
a. Aliran Asosiasi
Para
ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat, bahwa pada hakikatnya
perkembangan itu adalah prosesasosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti
aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada terlebih
dahulu, sedangkan keeluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian terikat
satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi. Salah seoarang
tokoh aliran asosiasi ini yang terkenal adalah John Locke. Locke
berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal
selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh
pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan adanya dua macam
pengalaman, yaitu:
a) Pengalaman luar
Yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera, yang menimbulkan ”sensations”,
b) Pengalaman dalam
Yaitu
pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri, yang
menimbulkan ”reflektions”. Kedua macam kesan itu, yatu sensations dan
reflektions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang
kemudian dalam asosiasi membentuk pengertian yang kompleks (kompleks
ideas).
Aliran asosiasi tersebut setidak-tidaknya dalam bentuknya
seperti dikemukakan di atas itu, kini tinggal ada dalam sejarah; akan
tetapi pengaruhnya dalam lapangan pendidikan pengajaran belum lama
ditinggalkan orang. Metode mengajar, membaca dan menulis secara
sintetis, metode menggambar secara sintetis, belum lama kita tinggalkan,
atau malah mungkin masih ada yang mengikuti; metode-metode tersebut
dasar psikologisnya adalah psikologi asosiasi.
b. Aliran Gestalt
Psikologi
gestalt adalah gerakan Jerman yang seecara langsung menantang psikologi
structural Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari
Brentano dan Stumpf, serta akademi Wurzburg, yang berupaya mengembangkan
alternative bagi Mode. Pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt
mengemukakan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti
aliran asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt,
perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi
yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder;
yaitu bagian-bagian yang hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain,
keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
Gestalt
adalah keseluruhan yang diorganisasikan secara tersusun. Keseluruhan
ini adalah lebih dari jumlah bagian-bagian, ia memperlihatkan
sifat-sifat yang terdapat pada elemen-elemen. Keseluruhan memberi arti
pada bagian-bagian, yaitu tiap-tiap anggota (bagian) didukung oleh
keseluruhan dan baru memperoleh artinya dalam keseluruhan tersebut.
a) Tanda-tanda hakiki dari Gestalt
1) Batasan
Gestal itu merupakan suatu keeluruhan tersendiri yang berbeda dari keseluruhan yang lain.
2) Geleding (bentuk)
Gestalt adalah berstruktur dalam, walupun sifat keseluruhannya itu masih menonjol, tetapi nampak pula sifat ragamnya.
b) Arti pengertian Gestalt menurut Koffka
Batasan
mengenai Gestalt yang dikemukakan oleh Koffka, yaitu Gestalt adalah
pengumpulan gejala-gejala sedemikian rupa bahwa tiap-tiap begian hanya
mempunyai sifatnya sendiri karena bersama-sama dengan bagian-bagian yang
lain. Jadi, Gestalt adalah keseluruhan yang penuh arti, dimana bagian
yang satu mendukung bagian yang lain dan memperoleh artinya dari
keseluruhannya. Gejala-gejala psikhis bukan merupakan suatu bentuk
dimana bagian-bagiannya lepas satu sama lain tetapi suatu bentuk
keseluruhan yang teratur. Yang primer dari gestalt adalah tak ada
elemen. Pada keseluruhan itu terdapat sifat berdiri sendiri dan dalam
totalitet, ini hanya ada bagian-bagian yang tidak berdiri sendiri, yang
baru memperoleh arti karena bagian-bagian tersebut dimasukkan kedalam
keseluruhan tersebut.
c) Timbulnya pengalaman Gestalt
Terhadap
rangsangan yang kita terima dari dunia sekeliling, yang jumlahnya tak
dapat dihitung, terhadap penyerapan-penyerapan tunggal yang jumlahnya
sama dengan jumlah rangsangan, demikian menurut ilmu jiwa lama. Yang
menarik perhatian adalah bahwa kita tidak menyerap suatu khas rangsangan
rangsangan, tapi dengan mengamati langsung gestalt-gestalt. Dengan
sendirinya ini diketahui oleh ilmu jiwa asosiasi dan berusaha untuk
menerangkannya secara mekanistis belaka (disebabkan oleh hukum-hukum
asosiasi yang membuta). Mereka beranggapan bahwa mula-mula ada suatu
jumlah penyerapan-penyerapan dan dengan adanya hukum-hukum asosiasiyang
bekerja membuta, lambat laun timbul hubungan yang psikhis. Ahli-ahli
ilmu Gestalt tak mau menerima hopotesa mengenai jumlah asal daripada
penyerapan ini. Mereka beranggap bahwa anak yang masih muda sekali
secara langsung sudah mengamatyi dunia sekelilingnya dalam Gestalt (yang
kurang atau sangat halus strukturnya). Tidak pada rangsangan ada
penyerapan, tetapi suatu keseluruhan rangsangan dengan langsung diamati
sebagai Gestalt.
d) Pemakaian ilmu jiwa Gestalt untuk menerangkan beberapa fungsi psikhis.
1) Pengamatan
Gestalt
mula-mula dipelajari dalam lingkungan pengamatan. Disini ternyata bahwa
isi pengamatan tidak mutlak ditentukan oleh rangsangan-rangsangan yang
terpisah-pisah seperti yang dianggap orang terlebih dahulu, tetapi juga
tergantung dari kekuatan dalam yang membentuk Gestalt.
2) Ingatan
Mengenai
menghafal, ahli-ahli ilmu jiwaGestalt lebih mementingkan pembentukan
suatu Gestalt, suatu kesatuan dalam, daripada jumlah ulangan yang
banyak. Bila sekali sudah timbul satu Gestalt yang samar, maka Gestalt
itu dipegang untuk waktu yang poendek atau panjang. Dimana tidak
terbentuk Gestalt maka hanya sedikit yang diingat maka seumua ulangan
tidak memmberi hasil. Bahan tanpa arti, pengetahuan yang tersebar lepas,
sukar untuk dicamkan.
Maka untuk seorang guru berlaku tugas
sebagai berikut: bahan harus sistekmatis, hubungan bagian yang sati
dengan yang lain harus jelas. Dengan demikian, umpanya dalam pelajaran
ilmu bum,i, hasil-hasil suatu daerah terutama akan diingat dengan baik
bila dihubungkan dengan keadaan tanahnya.
3) Fantasi
Ilmu
jiwa lama menerangkan fantasi sebagai dikombinasikannya bermacam-macam
tanggapan fantasi. Ilmu jiwa Gestalt tidak percaya kepada pengumpulan
elemen semata-mata, yaitu seorang komponis tidak hanya mengumpulkan
nada-nada menjadi satu, sebelumnya ia sudah mempunyai tanggapan yang
kabur dari keseluruhan (total). Ilmu jiwa Gestalt berpendapat bawa yang
mula-mula ada adalah Gestalt yang kabur, suatu skema yang samar-samar
dan bahwa skema ini lambat laun memperoleh isi.
4) Fikiran
Gestalt
yang berstruktur ini juga memegang oeranan utama dalam berfikir.
Bilamana suatu tugas berfikir harus dilaksanakan maka mula-mula terdapat
suatu skema berfikir. Rencana skematis ini didiferensiasi dengan
teliti, yaitu bagian bagian gestalyt dilihat penuh denagn perhat\ian dan
dicari bagian2 yang tak ada. Maka pemecahan persoalan tercapailah.
c. Aliran Behaviourisme
Behaviorisme
adalah system psikologi yang mengambil perilaku tampak yang dapat
diamati dan diukur sebagai subjek pembahasanya. Dalam bentuk yang paling
kaku, yang pada awalnya diajukan oleh J. B. Watson dan kemudian oleh B.
F. Skinner.
Aliran Behaviourisme adalah salah satu dari
aliran-aliran modern yang berpengaruh besar dalam ilmu jiwa, baik di
Amerika, Rusia, Eropa dan Asia. Di dalam aliran Behaviourisme terdapat
sebuah filsafat yang disebut dengan filsafat pragmatisme.
a) Pragmatisme
Mula-mula
dalam abad ke 18 dan 19 aliran Idealisme mempengaruhi pikiran dan
pekerjaan ilmiah orang-orang Amerika. Benyamin Franklin (1706-1790)
salah seorang yang namanya tersohor hingga sekarang mengikuti filsafat
Idealistis dari John Locke dan Malebranche. Kemudian, sesudah wafatnya
Franklin aliran Idealisme yang berasal dari Jerman bertambah
mempengaruhi filsafat Amerika. Nama yang terkenal dalam hubungan ini
ialah pelopor demokrasi yang terkenal Ralph W. Emerson (1803-1882).
Penganjur
Neo-Realisme yang termulia ialah Watson, yang mengerjakan dan
mempraktekkan teori filsafat ini dalam sebuah sistem ilmu jiwa yang
Behaviouristis. Pengaruh yang terbesar, baik dalam filsafat maupun
ilmu-ilmu yang lain sebagai pendidikkan dan ilmu jiwa datang dari
Pragmatisme. Peletak dasar dari sistem ini adalah William James
(1842-1910). Dalam teori Pragmatisme maksudnya bukanlah mencari masalah
dan dasar dari perbuatan dan kelakuan manusia, melainkan dikejarnya
akibat yang baik daripada perbuatan-perbuatan itu, dikehendakinya supaya
kita belajar hidup dan berlaku sedemikian rupa, hingga kelakuan kita
membawa faedah bagi kita sendiri dan lingkungan tempat kita hidup.
Nama
Pragmatisme yang pertama kali dikemukakan oleh Charles S. Peirce (1878)
yang berasal dari kata Yunani “Pragma”, yang berarti perbuatan. Dalam
teori Pragmatisme ini James menekankan antara berpikir dan berbuat, yang
terkait dengan manusia, dan dihubungkan juga kepada “kebenaran”.
Pragmatisme merupakan teori mengenai kebenaran dan merupakan metode
berpikir.
b) Arti Behaviourisme
Behaviourisme mempunyai
arti yang penting bagi ilmu jiwa hewan dan ilmu jiwa anak. Behaviourisme
timbul dari ilmu jiwa hewan. Seekor binatang tidak dapat diselidiki
dengan cara Tanya jawab yang tidak kritis dan selalu memakai manusia
sebagai ukuran tigkah laku binatang. Arti Behaviourisme yang penting
ialah, bahwa penyelidikkan hewan tersebut dilakukan dengan sangat
obyektif.
Juga untuk bayi dan anak kecil tidak mungkin dipakai
metode introspeksi. Jasa behaviourisme ialah bahwa behaviourisme telah
mempelajari dengan teliti tingkah laku anak kecil seperti bersin,
menelan, menangis, tertawa, menggerakkan tubuh, menangkap, berdiri, dan
sebagainya.
Keberatan yang terbesar terhadap behaviorisme ialah
karena menerangkan segala sesuatu dengan cara yang mekanistis. Menurut
paham behaviourisme manusia merupakan mesin reaksi, dan pendidikan
hanyalah soal mempengaruhi reflek dan perbuatan-perbuatan saja.
c) Prinsip-prinsip Behaviourisme
Prinsip behaviourisme antara lain:
1. Ilmu jiwa behaviouristis menganggap kelakuan sebagai obyek penyelidikan psikologis.
2. Behaviourist dalam ilmu jiwa tidak dapat menerima adanya sesuatu jiwa, yang mengemudikan kehidupan dan kelakuan kita.
3.
Behaviourisme itu berpendapat bahwa kelahiran si anak belum mempunyai
bakat, warisan rohani, kecakapan-kecakapan yang dibawakan, tetapi
behaviourisme itu dipraktekkan dalam pendidikan.
d) Pelopor-pelopor Behaviourisme di Amerika
a. William James sebagai Ahli Ilmu Jiwa
William
James adalah seorang fungsionalis yang berpegang pada metode-metode
dari ilmu hayat. James beranggapan bahwa hidup rasa ialah menolong
gerak-gerik dari orang yang bersangkutan; arti daripada hidup kehendak
yaitu supaya dengan kehendak itu orang dapat mengarahkan perbuatan dan
kelakuannya sedemikian hingga seluruh pribadinya dapat disesuaikan
dengan alam yang melingkupinya.
b. Edward Lee Thorndike
Thorndike
beranggapan, bahwa kelakuan meliputi kesadaran. Dari sebab itu
dipergunakannya metode instropeksi. Ia menekankan gejala-gejala motoris
namun ia memberi perhatian kepada pengawakan kesenangan. Thorndike
menjadikan seluruh proses belajar suatu rangkaian reflek yang tetap pada
perangsang tertentu.
c. Watson
Watson beranggapan bahwa ilmu jiwa itu merupakan gejala-gejala yang nyata ada, yang benar-benar obyektif, dan empiris.
No comments:
Post a Comment