Martin (1990:147), Dengan penggunaan
matriks kita dapat lebih mudah dalam mengidentifikasikan masalah yang ada dalam perusahaan. Pada
pembuaatan matriks, seorang analisis harus mengisi matriks untuk dapat
mengeidentifikasikan fungsi mana yang harus dibuat (create), dibaca (read),
diperbaharui (update), dan dhapus (delete) pada setiap entitas.
Pada pembuatan matrik terdapat
tahapan dalam membuat clustering-nya : (Martin,1990:173):
1.
Tahap Pemeteaan
Pada tahap pertama ini dilakukan pemetaan anatara subjek data dan fungsi
bisnis.Hubungan antara subjek data da fungsi bisnis tersebut dijelaskan dalam
matriks dengan menggunakan 2 macam aktivitas, yaitu:
a. Read atau R. Disini dilakukan aktivitas
pembacaan, tetapi tidak melakukan perubahan terhadap subjek data.
b. Create atau
C. Dilakukan aktivitas meng-create
atau update
c. Pada fungsi bisnis dapat melakukan aktivitas read
saja atau create saja, bahkan bisa melakukan read dan create secara bersamaan
2. Tahap
pemindahan subjek data.
Pada tahap ini dilakukan pemindahan subjek data yang
di create oleh fungsi-fungsi bisnis
ke posisi kiri. Pemindahan ini dimulai dari yang paling pertama sebelah kiri
yang meng-create subjek data
dipindahkan ke posisi paling kiri dan begitu pula untuk subjek data berikutnya
mengikuti subjek data yang terdahulu. Sedangkan untuk subjek data yhang hanya
di-read atau yang tidak memiliki
hubungan dengan fugsi bisnisnya tetap pada posisinya. Pemindahan ini dilakukan
sampai seluruh subjek data telah habis dipindahkan.
3. Tahap
Pengelompokkan dan pemberian nama pada kelompok.
Pada tahap pengelompokkan ini dilakukan setelah fungsi
bisnis dikelompikkan dalam suatu area bisnis yang terdapat disuatu perusahaan,
lalu diberikan tanda pengelompokkan dengan cara memberikan arsiran pada
kelompok data tersebut sehingga terlihat batasan-batasannya. Setelah diberi
arsiran, maka setiap kelompok tersebut diberikan nama pada setiap area
bisnisnya.
No comments:
Post a Comment