- Tipe-Tipe Desain Penelitian
Ada beberapa terminologi antara metode penelitian dengan metodologi
penelitian yang hingga saat ini masih banyak orang rancu memahaminya.
Metode adalah bagian dari metodologi baik berupa metode, teknik,
prosedur, dan berbagai macam alat (tools), dengan tahap-tahap
terntentu dalam suatu penelitian disebut dengan metodologi. Metode
penelitian atau yang bisa juga disebut dengan desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ada beberapa macam. Cara mengkatagorisasikan
penelitian bisa dilakukan dengan melihat metode penelitian ataupun
dengan melihat riset desainnya atau ada juga yang membaginya
berdasarkan dikotonomi penelitian dasar dan penelitian aplikatif.
Metode penelitian dan metodologi penelitian, keduanya berbeda namun
saling terkait satu sama lainnya. Pada bab sebelumnya telah disinggung
bahwa metode penelitian merupakan suatu teknik atau prosedur untuk
mengumpulkan dan menganalisa data. Terkadang metode penelitian ini
disebut juga dengan desain penelitian. Apabila metode penelitian tadi
disusun menjadi suatu metodologi penelitian maka ada langkah tertentu
untuk mengumpulkan data dan mengolah data agar tidak terjadi kerancuan.
Pengumpulan dan pengolahan data ini disebut juga dengan metode
penelitian. Jadi bisa kita katakan bahwa metodologi penelitian merupakan
langkah-langkah yang kita gunakan dalam melakukan suatu penelitian dan
melakukan analisis kritikal dari metode penelitian. Metodologi
penelitian tersebut bisa berupa hasil dari kerangka konseptual dan
asumsi yang digunakan dalam penelitian dan bisa juga merupakan elaborasi
dari berbagai hasil penelitian.
Sebagai contoh dalam analisis dan perancangan sistem informasi. Misalnya SDLC. Pada waktu melakukan planning kita bisa menggunakan teknik wawancara untuk menangkap apa yang digunakan oleh klien, kita menggunakan brain chart untuk project plan. Mengguna template tertentu untuk menuliskan apa yang menjadi bisnisnya, constrain, pada tahapan analisis meng-capture functional requirement dan nonfunctional requirement.
Metode penelitian atau desain penelitian merupakan bagian dari
metodologi. Metodologi penelitian bisa digunakan ke berbagai macam riset
desain. Ada beberapa macam desain penelitian yang bisa kita pilah
sesuai dengan penelitian yang ingin kita lakukan, antara lain metode correlational, metode, causal comperative, metode experimental, metode ethnographic yang biasanya digunakan dalam bidang sosial, metode historica research, metode survey dan ada juga action research
dimana penelitian ini para penelitinya terlibat langsung di dalamnya,
penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian bidang sosial. Dalam
bidang ilmu teknologi informasi desain penelitian yang paling banyak
digunakan adalah desain eksperimental dan studi kasus (case study). Untuk lebih jelasnya, masing-masing dari metode penelitian di atas akan diuraikan secara lebih rinci.
- Macam – macam Desain Penelitian
1.STUDY CROSS SECTIONAL
Adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin time approach).Artinya,
tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama. Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara
faktor resiko dengan akibat yg terjadi berupa penyakit atau keadaan
kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan, ditanya masalahnya
(akibat) sekaligus penyebabnya (faktor resikonya).
Kelebihan penelitian Cross Sectional :
- Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil dapat diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun variabel efek.
Kekurangan penelitian Cross Sectional :
- Diperlukan subjek penelitian yang besar
- Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
- Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
- Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain.
Contoh sederhana : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada
ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan
rancangan atau pendekatan cross sectional.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya.
Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random.
Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi
atau pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan
variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang
sama) Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb
ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
Tahap keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan.
Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.
Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.
2.STUDY CASE CONTROL
Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
resiko dipelajari dengan menggunakan pandekatan retrospective. Dengan
kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada
saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya
pada waktu yang lalu.
Study Case Control ini didasarkan pada kejadian penyakit yang
sudah ada sehingga memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu
yakni kelompok kasus yangg menderita penyakit atau terkena akibat yang
diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang tidak menderita atau tidak
terkena akibat. Intinya penelitian case control ini adalah diketahui
penyakitnya kemudian ditelusuri penyebabnya.
Kelebihan penelitian Case Control
- Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
- Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding hasil rancangan cross sectional
- Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort)
- Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
- Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor resikonya.
- Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat dikendalikan.
- Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan kelompok kasusu karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
Contoh Sederhana : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara
malnutrisi/ kekurangan gizi pada anak balita dengnan perilaku pemberian
makanan oleh ibu.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabel- variabel independen (faktor resiko ).
- Variabel dependen : malnutrisi
- Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
- Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu
populasi dan sampel penelitian. Objek penelitian disini adalah pasangan
ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan
balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian
ini.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak
balita yang menderita malnutrisi (anak balita yang memenuhi kebutuhan
malnitrisi yang telah ditetapkan, misalnya berat per umur dari 75 %
standar Harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan.
Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu
pasangan ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya
didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya
ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.
Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara
retrospektif, yaitu dari kasusu (anak balita malnutrisiI itu diukur atau
ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metose recall mengenai
perilaku memberikan jenis makanan , jumlah yang diberikan kepada anak
balita selama 24 jam.
Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data .
Dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.
Dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.
3.STUDY COHORT
Adalah penelitian observasional analitik yang didasarkan pada
pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk
dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang tidak
terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian cohort adalah
kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui
terus diamati secar terus menerus akibat yang akan ditimbulkannya.
Kelebihan Penelitian Cohort :
- Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian.
- Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang lain.
- Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Kekurangan Penelitian Cohort
- Memerlukan waktu yang cukup lama
- Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
- Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil
- Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
Contoh Sederhana : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan
antara Ca paru (efek) dengan merokok (resiko) dengan menggunakan
pendekatan atau rancangan prospektif.
Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel
dependen) dan resiko (variabel independen) serta variabel-variabel
pengendali (variabel kontrol).
- Variabel dependen : Ca. Paru
- Variabel independen : merokok
- Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu
populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah
semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40
sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok
(resiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi
subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih
sama dengan kelompok merokok.
Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada
kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang
yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10
tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca
paru.
Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis
dilakukan dengan membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca
paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru,
diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.
- Riset Eksperimental
Riset eksperimental merupakan Research that allows for the causes of
behavior to be determined. Untuk menggambarkan riset eksperimental bisa
dilakukan pada dua kelompok dimana kelompok satu disebut kontrol tanpa
diberi perlakukan apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan
perlakuan (treatment). Diasumsikan kedua kelompok ini sama.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan penelitian eksperimental, antara lain:
- Independent Variable (IV) merupakan faktor yang bisa dimanipulasi.
- Dependent Variable (DV) adalah faktor yang tidak bisa dimanipulasi atau faktor tetap.
- Experimental Condition (group) adalah grup atau kelompok yang merupakan manipulasi dari eksperimen.
- Control condition (group) yang merupakan kumpulan grup yang tidak termanipulasi
- Confounding variable misalnya cuaca, hama, kesuburan lahan tapi tidak diukur namun harus disebutkan inilah yang disebut dengan batasan penelitian
- An uncontrolled variable yang merupakan variable yang diikuti dengan indipendent variable.
Misalnya penelitian eksperimental yang dilakukan pada dua petak
sawah. Pada petakan sawah pertama tidak diberikan pupuk dan pada petak
sawah kedua diberikan pupuk. Contoh lainnya misalnya apakah ada pengaruh
peningkatan hasil belajar mahasiswa yang menggunakan e-learning dengan
yang tidak menggunakan e-learning. Bila dengan adanya e-learning
hasilnya lebih baik, maka benar adanya bahwa e-learning efektif
meningkatkan proses pembelajaran. Eksperimen merupakan salah satu
prosedur dimana terdapat satu atau lebih faktor yang bisa dimanipulasi
dengan syarat semua faktor tesebut konstan.
Pembanding atau kontrol diantara kedua contoh diatas disebut dengan
experimental design. Dimana ada penyebab yang berkorelasi dengan dampak.
Penyebab muncul sebelum dampak atau bisa juga disebabkan oleh adanya
kemungkin faktor-faktor lain yang berpengaruh. Dalam desain
eksperimental juga terdapat hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat
ini terjadi jika dampaknya merupakan efek dari korelasi, dampaknya
menimbulkan efek dan juga kita bisa mencari penjelasan dari hubungan
sebab akibat. Misalnya untuk melihat hubungan sebab akibat antara sistem
pembelajaran yang menggunakan e-learning dengan yang tidak menggunakan e-learning.
- Quasi Eksperimental
Pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian
ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang
berada dalam batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu
memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek
secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed
intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas.
Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam
keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam penelitian eksperimen murni
tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang
terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya, sehingga
penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact group. Penelitian
seperti ini disebut sebagai penelitian kuasi eksperimen (eksperimen
semu). Jadi penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam
kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment),
bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.
Tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian
memungkinkan untuk munculnya masalah-masalah yang terkait dengan
validitas eksperimen, baik validitas internal maupun eksternal.
Akibatnya, interpreting and generalizing hasil penelitian menjadi sulit
untuk dilakukan. Oleh karena itu, limitasi hasil penelitian harus
diidentifikasi secara jelas dan subjek penelitian perlu dideskripsikan.
Agar Generalizability dari hasil penelitian dapat ditingkatkan, maka
representativeness dari subjek harus diargumentasikan secara logis.
No comments:
Post a Comment