Knowledge Management dan Knowledge Sharing Bidang Pangan: Studi Kasus Bidang Perkebunan
Abstrak
Tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah prototype KM bidang perkebunan, selama tiga tahun,dimana pada
tahun pertama adalah eksplisit database, tahun kedua tacit database dan
tahun ketiga kombinasi antara eksplisit dan tacit knowledge bidang
perkebunan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan metode “soft system methodology”. Faktor yang mendukung
keberhasilan kegiatan penelitian ini adalah tersedianya data dan
informasi diberbagai lembaga penelitian pemerintah dan swasta, serta
universitas di berbagai kota seperti: Jakarta, Bogor dan Bandung,
sekaligus penguasaan metodologi dalam analisis.
Persaingan internasional pada saat ini
cenderung lebih ketat dan kompleks, untuk itu perlu dicari cara atau
model untuk mendapatkan produk atau jasa yang diperlukan oleh pasar di
bidang perkebunan. Inovasi dapat membantu perkebunan dalam meningkatkan
daya saing produk mereka ke pasar dalam negeri atau internasional.
Sehingga bidang perkebunan sangat tergantung dari pengelolaan
pengetahuan apakah akan terjadi siklus knowledge yaitu konversi
perpindahan dari tacit ke tacit, kemudian dari tacit ke explicit
knowledge dan perpindahan eksplisit ke eksplisit knowledge dan akhirnya
dari eksplisit ke tacit knowledge.
Oleh karena itu pengelolaan knowledge
(knowledge management) ini menjadi penting bagi pengembangan perkebunan
di Indonesia dan peningkatan daya saing hasil perkebunan di masa depan.
Pendahuluan
Dalam buku yang ditulis Krogh, Ichiyo,
dan Nonaka, 2000 : disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari
pengertian mengenai pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan merupakan
justified true believe; (2) pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit
sekaligus terbatinkan (tacit); (3) penciptaan pengetahuan secara
efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaaan
tersebut; (4) penciptaaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama
yaitu: 1. berbagi pengetahuan terbatinkan (tacit); 2.menciptakan konsep,
3. membenarkan konsep; 4. membangun prototype; dan 5. melakukan
penyebaran pengetahuan.
Pertanyaannya Bagaimana mengelola
pengetahuan yang eksplisit sekaligus terbatinkan (tacit) ? untuk
menjawabnya, maka diperlukan suatu penelitian KM pada bidang tertentu
sebagai upaya akademik untuk menemukan solusi ilmiah bagi
persoalan-persoalan manusia. Di dalam kegiatan penelitian KM ini
diperkirakan selama tiga tahun yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
Tahun pertama adalah mengidentifikasi
kategori pengetahuan tentang perkebunan yang diperlukan untuk mendukung
penelitian KM; mengorganisasikan dan menganalisis informasi ke dalam
database sebagai eksplisit database; disain system perkebunan; struktur
database dan prototype perkebunan.
Tahun kedua adalah mengidentifikasi
kategori pengetahuan tacit yang terdiri dari komunikasi antar peneliti,
peneliti dengan petani, antar petani, peneliti dengan pengusaha, antar
pengusaha dst dengan menggunakan Visual Prolog => expert system
bidang perkebunan.
Tahun ketiga adalah kombinasi antara pengetahuan eksplisit dan tacit dengan Visual Prolog bidang perkebunan.
Tujuan Penelitian
Membuat
dan mengembangkan prototype “Pengelolaan Pengetahuan (knowledge
management)“ baik yang eksplisit maupun tacit bidang perkebunan.
Metodologi Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan metode “soft system
methodology (SMM). Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui data
sekunder dari data statistik dan data internal di bidang perkebunan,
serta data primer melalui wawancara mendalam (in-depth interview)
tentang KM dari bidang perkebunan. Penelitian ini memilih bidang
perkebunan karena berdasarkan pada system (input, proses, output) mulai
dari hilir sampai hulunya secara komprehensif.
SMM
didasarkan pada system berpikir yang memungkinkan dapat menjelaskan dan
mendefinisikan masalah, tetapi fleksibel dalam penggunaan dan luas
ruang lingkupnya.
Sebagaimana
uraian di atas maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah
pendekatan interdisipliner. Satu disiplin ilmu saja tidak akan mampu
menjawab tantangan permasalahan pengelolaan pengetahuan yang sangat
kompleks.
Data
yang dibutuhkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer
meliputi wawancara dengan para nara sumber dari berbagai disiplin ilmu,
untuk memperkaya analisis, maka wawancara dengan berbagai pihak yang
mempunyai kompetensi serta relevansi dengan penelitian KM ini.
Sedangkan data sekunder berkaitan dengan data-data bidang perkebunan mulai dari benih- off farm-on farm sampai pemasarannya.
- Membuat desain system perkebunan dari benih – off-farm – on farm – pemasaran;
- Membuat struktur database “ pengetahuan eksplisit”;
- Mengumpulkan data sekunder yang menunjukkan perusahaan/organisasi yang melakukan interfaces antar litbang, manufacturing dan pemasaran;
- Mengidentifikasi asset pengetahuan perkebunan dan sumber jaringan kepakaran bidang perkebunan dalam rangka mengumpulkan pengetahuan eksplisit dan tacit yang mungkin dijadikan knowledge sharing;
- Mengumpulkan kegiatan dan pengalaman dari perusahaan tersebut baik dalam KS maupun kerjasama melalui teknologi informasi (database, mailing list, diskusi, seminar, dsb);
- Memetakan pengetahuan eksplisit dan tacit dalam modus knowledge conversion dan content untuk mengetahui aliran pengetahuan disuatu organisasi/perusahaan;
- Menguji KM dan KS disuatu organisasi/perusahaan;
- Menyusun model KM dan KS dari hasil kajian ini.
Kerangka Teori
Mengembangkan
teori “ translucent design” . Berkaitan dengan manfaat pertama di atas,
penelitian ini mencoba menerapkan teori yang dikembangkan oleh Thomas
dan Kellog (2000), dua peneliti dari IBM yang tertarik mendesain system
untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar kelompok orang. Teori
mereka memanfaatkan karakteristik interaksi di dunia fisik yang bias
diterpakan (transposed) ke dunia digital, sehingga sistem dapat
mendukung komunikasi yang mendalam, koheren, dan produktif.
Pengelolaan
pengetahuan harus dapat menjelaskan hubungan pengetahuan dengan
strategi, suatu perusahaan harus mengembangkan tujuan strateginya,
mengidentifikasikan kebutuhan pengetahuannya untuk nantinya dapat
benar-benar melaksanakan pilihan strateginya, dan menjelaskan
kesenjangan (gaps) knowledge strateginya dengan membandingkan strategi
perusahaan tersebut dengan asset knowledge yang mereka punyai. Pilihan
strategi perusahaan berdasarkan pada teknologi, pasar, produk, jasa dan
proses yang mempunyai dampak langsung pada knowledge, keterampilan dan
kompetensi yang diperlukan untuk dapat bersaing di pasar yang dituju.
Pada
waktu ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge.
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang
ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan
pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation).
Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap
hubungan synergistic dari tacit dan exsplicit knowledge dalam
organisasi, serta melalui desain dari proses social yang menciptakan
knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge.
Dengan
demikian pengertian knowledge di sini adalah pengetahuan, pengalaman,
informasi faktual dan pendapat para pakar. Organisasi perlu terampil
dalam mengalihkan tacit ke explicit dan kemudian ke tacit kembali yang
dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan
Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena memahami
knowledge merupakan sumber daya.
Knowledge
ini harus dikelola, karena harus direncanakan dan diimplementasikan.
Berhubung organisasi adalah jaringan dari keputusan, para pengambil
keputusan dan pengambilan keputusan, maka perlu dikelola agar menjadi
efektif keputusannya dan terintegrasi serta terpahaminya dampak dari
keputusan tersebut. Karena keputusan merupakan hasil komitmen terhadap
tindakan. Keputusan juga menfasilitasi tindakan dengan mendefinisikan
dan mengelaborasi maksud dengan mengalokasikan sumber daya yang ada.
Tindakan dan maksud organisasi berinteraksi dengan bermacam-macam elemen
lingkungan melalui horizon waktu yang lama, para pengambil keputusan
menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar sekali untuk
memahami issue yang ada, mengidentifikasi alternatif yang sesuai,
mengetahui outcome dan menjelaskan serta menentukan keinginannya. Oleh
karena itu keputusan yang rasional memerlukan informasi di atas
kemampuan organisasi untuk mengumpulkan informasi dan memprosesnya di
atas kapasitas manusia untuk melakukannya.
Ruang lingkup penelitian ini lebih diarahkan kepada identifikasinya terciptanya pengetahuan bidang perkebunan.
Hasil yang Diharapkan pada Tahun Pertama
Dalam
mencapai tujuan penelitian di atas, maka analisis yang akan digunakan
yakni analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai data dan informasi yang
diperoleh dalam penelitian ini. Di sisi lain analisis kuantitatif
dimaksudkan untuk mempertajam temuan kualitatif yang diperoleh. Namun
detail dari bentuk-bentuk analisis yang digunakan dan variable yang akan
menjadi focus dalam studi ini akan dipikirkan lebih lanjut.
Analisis kesenjangan knowledge strategi yang didasarkan pada kerangka tingkat tingginya Zack.
Untuk
mengkaji posisi knowledge perusahaan/organisasi bidang perkebunan saat
ini, sangat perlu untuk mendokumentasikan asset knowledge bidang
perkebunan yang ada. Terdapat 10 langkah roadmap dari manajemen
pengetahuan, tetapi untuk analisis diperlukan tiga klasifikasi kerangka :
· Core
Knowledge. Pengetahuan yang dapat menjalankan perusahaan/organisasi,
misalnya menciptakan hambatan untuk perusahaan/organisasi baru yang akan
masuk pasar. Produk yang dihasilkan belum dapat dibedakan dengan
pesaingnya.
· Advanced
knowledge. Perusahaan/organisasi dapat bersaing. Pengetahuan dapat
menghasilkan produk yang berbeda dengan pesaingnya, melalui knowledge
yang superior.
· Innovative
Knowledge. Perusahaan organisasi mampu menjadi pemimpin di industrinya
dan sangat jelas berbeda dengan pesaingnya. Michael Zack menjelaskan
bahwa innovative knowledge memungkinkan perusahaan/organisasi untuk
merubah aturan main (rule of the game).
Desain Konseptual KM Perkebunan
Secara
umum pendekatan yang ditawarkan adalah pendekatan menyeluruh
(komprehensif), artinya pada setiap tahap akan dikerjakan seluruh
bagian dari daur pengetahuan (tacit-tacit dan explicit-explicit) dengan
harapan sistem akan berfungsi secara operasional pada setiap tahapan.
Gambaran konseptual dari elemen-elemen system KM perkebunan adalah:
Teknologi
1. Teknologi database relasional (RDMBS);
Merupakan tulang punggung dari system, dengan membangun system RDMBS, akan dihasilkan system yang memiliki aspek pemindahan (portability), pembesaran (scalability) bidang perkebunan dengan baik.
2. Client server
Untuk membuat system KM dapat diperluas dengan mudah dan diakses dari banyak titik akses, pendekatan client-server yang akan digunakan adalah Web Based Client Server (PHP) dan Convensional Client Server (Delphi,VB, dan lain-lain).
3. Web Service
Salah satu perkembangan teknologi client server yang akan digunakan, dengan penerapan teknologi ini (dengan antar muka XML) diharapkan system akan semakin mudah untuk bekerja sama dengan system-sistem
lainnya.
4. Artificial Inttelegence/ Expert System
Salah satu bentuk pengembangan dari system KM perkebunan adalah dengan menambahkan teknologi kecerdasan buatan ke dalam system KM perkebunan sehingga menambah daya guna system.
- teridentifikasinya informasi bidang perkebunan yang diperlukan, dicari dan digunakan;
- teridentifikasinya penciptaan knowledge bidang perkebunan;
- teridentifikasinya strategi pengembangan perkebunan untuk menumbuhkan budaya inovasi dalam menghadapi perubahan lingkungan (pasar dan pemakai) agar berdaya saing di pasar local dan internasional;
- teridentifikasinya siklus knowledge dalam bidang perkebunan.
Kerangka Analitik (Diskusi Metodologi, Teori dan Hasil)
Salah satu cara untuk memahami dampak
dari knowledge management di bidang perkebunan atau perusahaan
perkebunan adalah dengan melihat daur hidup knowledge management
(knowledge management lifecycle) dan alur dari knowledge di organisasi.
Nonaka dan Takeuchi (1995) menginvestigasikan hubungan antara tacit
knowledge dan explicit knowledge dan menjelaskan empat tahap konversi
knowledge yaitu: Socialization, Externalisation, Combination dan
Internalization. Ada empat wahana konversi knowledge : dari tacit
knowledge ke tacit knowledge melalui proses sosialisasi, dari tacit ke
explicit melalui eksternalisasi, explicit ke explicit knowledge melalui
kombinasi, dan dari explicit ke tacit melalui internalisasi. Proses
konversi organisasi adalah sebagai berikut :
Tujuan dari implementasi knowledge
management dalam organisasi adalah menciptakan jumlah tacit yang dapat
diterapkan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Knowledge Holder
dapat melakukan knowledge sharing/transfer ke knowledge Seeker melalui
sosialisasi atau menciptakan knowledge dan menyimpannya dalam
penyimpanan (knowledge repository).
Oleh karena itu daya saing yang dituntut
adalah cooperative advantage, yang menunjukkan terjadinya kerjasama
antar industri,universitas dan lembaga penelitian untuk mendukung
terjadinya inovasi produk atau jasa. Efisiensi terjadi karena penelitian
tidak perlu dilakukan oleh industri tersebut dan intensif dalam
penggunaan sumberdaya manusianya, karena dapat dukungan pengetahuan dari
universitas. Pengelolaan inovasi berarti pengelolaan knowledge yang ada
di perusahaan tersebut, oleh karena itu pada saat ini asset terpenting
dari perusahaan adalah knowledge.
Dari perspektif kerja knowledge, system
KM suatu organisasi merupakan system yang menyediakan sarana penciptaan
pengetahuan, pengintegrasian antara knowledge yang diciptakan secara
eksternal, penggunaan knowledge yang ada, dan menemukan pengetahuan dari
sumber internal dan eksternal. Siklus pengetahuan dari Nonaka diarahkan
kepada dukungan organisasi tersebut kepada peningkatan exchange and
sharing of tacit and explicit knowledge.
Disadari bahwa tidak saja pengetahuan
yang diperlukan dalam pengelolaan inovasi tetapi juga pengalaman,
informasi tekstual dan pendapat para pakar. Karena itu hanya dengan
peningkatan pengetahuan, pengalaman, dan informasi serta perhimpunan
pendapat dari para pakar terhadap produk baru, siklus hidup produk atau
perubahan produk dalam mengantisipasi kebutuhan pasar saja yang
memungkinkan terjadinya inovasi.
Sedangkan ditinjau dari perspektif lain,
system KM dari organisasi merupakan suatu kombinasi yang mutlak antara
infrastruktur teknologi, infrastruktur organisasi, budaya, kemajuan
pengetahuannya dan manusianya.
Untuk menghadapi persiangan internasional
yang lebih ketat dan kompleks di bidang perkebunan, perlu dicari cara
atau model untuk mendapatkan produk atau jasa yang diperlukan oleh pasar
dan mempunyai ciri yang unik dibandingkan dengan para pesaing.
Interaksi antar individu, kelompok dan pola tindakan dijembatani melalui
aturan, peranan, dan wahana yang sebagian didefinikan oleh organisasi,
tetapi juga tumbuh secara alami dari praktek social dan teknis dari
system tersebut. Organisasi menggunakan informasi dalam tiga strategi
wahana yaitu : memahami (make sense) dari lingkungannya (internal dan
eksternal); menciptakan knowledge baru; dan pengambil keputusan
(decision making). Proses sense making, knowledge creating dan decision
making merupakan kegiatan informasi utama mengenai apa yang disebut
knowing organization(Chun Wei Choo, 1998). Dengan menjajagi kemungkinan
terjadinya siklus tersebut di perusahan diharapkan dapat dibuat model
penciptaan pengetahuan yang sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia di
masa depan.
Analisa dari kasus diatas:
Dari kasus diatas bagaimana cara
memanfaatkan karakteristik interaksi didunia fisik yang biasa diterapkan
kedunia digital, sehingga sistem dapat mendukung komunikasi yang
mendalam, koheren, dan produktif. Agar dapat menjelaskan hubungan
pengetahuan dan strategi dan dapat membandingkan strategi perusahaan
dengan asset knowledge yang dipunyai. Dalam pembangunan knowledge
management diklasifikasikan menjadi 3 kerangka yaitu:
- Core Knowledge. Pengetahuan yang dapat menjalankan perusahaan/organisasi.
- Advanced knowledge. Perusahaan/organisasi dapat bersaing.
- Innovative Knowledge. Perusahaan organisasi mampu menjadi pemimpin di industrinya dan sangat jelas berbeda dengan pesaingnya.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan menyeluruh (komprehensif), artinya pada setiap tahap akan
dikerjakan seluruh bagian dari daur pengetahuan (tacit-tacit dan
explicit-explicit). Teknologi yang digunakan menggunakan Database
relasional (RDMBS), Client Server, Web Service, Artificial Inttelegence/ Expert System. Dari hubungan antara tacit
knowledge dan explicit knowledge, terdapat 4 konversi knowledge yaitu
dari tacit knowledge ke tacit knowledge melalui proses sosialisasi, dari
tacit ke explicit melalui eksternalisasi, explicit ke explicit
knowledge melalui kombinasi, dan dari explicit ke tacit melalui
internalisasi.
http://ilmukomputer.org/2008/11/25/knowledge-management-dan-knowledge-sharing-bidang-pangan-studi-kasus-bidang-perkebunan/
Client server
No comments:
Post a Comment