Wednesday, April 24, 2013

Pengertian Devaluasi, Deflasi, Depresiasi, Apresiasi, Revaluasi

DEVALUASI

Beberapa pengertian dari devaluasi adalah sebagai berikut:
  1. Menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
  2. Pemangkasan sebuah mata uang agar nilainya dapat meningkat dibandingkan mata uang lain (terapresiasi).
  3. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja.
  4. Penurunan nilai mata uang terhadap mata uang lainnya, biasanya Dollar AS, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah.
Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan ekspor baarng dan membuat neraca pembayaran menjadi surplus.
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum sebuah mata uang didevaluasi, yaitu:
1. Tingkat inflasi super tinggi > 200%.
2. Cadangan devisa sangat minim.
3. Hutang luar negeri yang sangatbesar.
4. Instabilitas ekonomi yang dapat mengguncang negara.
Isu devaluasi selalu bertiup ketika mata uang sebuah negara ambruk. Tapi perlu dipahami efek negative devaluasi itu sendiri. Dengan mata uang yang lebih kuat, ekspor otomatis akan turun (barang menjadi lebih mahal di luar negeri). Ongkos produksi akan menjadi lebih tinggi jika dinilai menggunakan mata uang asing (MNC akan terancam rugi bahkan bangkrut jika terus produksi di negara itu). Investasi asing akan mandeg jika bukan minus karena banyak yang hengkang. Industri domestik akan terancam karena impor akan menjadi sangat murah.


DEFLASI

Beberapa pengertian dari deflasi adalah sebagai berikut:
  1. Daya beli uang yang mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
  2. Penurunan harga secara umum yang berkaitan dengan konstraksi pasokan uang dan kredit.
  3. Sering disebut disinflasi (disinflation), deflasi adalah kecenderungan terjadinya penurunan harga secara menyeluruh (a decrease in the overall level of prices).
Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat menambah pengeluaran. Deflasi pada gilirannya juga tercermin pada penurunan output dan naiknya angka pengangguran pada sektor terkait.
AS pernah mengalami deflasi panjang, tahun 1920-an dan 1930-an, saat perekonomiannya terjerumus dalam depresi besar (great depression). Dari tahun 1929 hingga 1933, tingkat harga di AS jatuh 25 persen. Inilah deflasi terbesar dalam sejarah perekonomian AS.
Ada dua teori yang diajukan para ekonom guna menjelaskan mengapa penurunan harga dapat menekan tingkat pendapatan yang selanjutnya dapat menyeret ke resesi global, sebagaimana dikemukakan ekonom Harvard, Gregory Mankiw (Macroeconomics, Worth Publishers, New York, edisi 2003).
Teori pertama, debt-deflation theory. Dalam teori ini, penurunan harga akan menyebabkan para pengusaha kesulitan membayar utangnya. Para debitor mengalami penurunan penerimaan (revenue) dari hasil usahanya yang tak cukup untuk membayar utang kepada kreditor.
Teori kedua menjelaskan efek deflasi. Konsekuensi logis dari peristiwa ini, perusahaan-perusahaan akan cenderung melakukan penghematan, antara lain dengan pemutusan hubungan kerja karyawannya (lay-off). Selanjutnya, hal ini akan berakibat buruk pada perekonomian makro yang cenderung mengalami kontraksi.
Secara kronologis, fenomena deflasi berpotensi menggulirkan (1) peningkatan kredit macet (bad debt), (2) peningkatan pengangguran, dan akhirnya (3) resesi dunia, bahkan level yang lebih ditakuti, yakni depresi. Masalahnya kini, apakah hal itu sebenarnya sudah terjadi (fakta), atau masih sekadar sebagai potensi?
Deflasi sebenarnya sudah terjadi, bukan di AS tetapi di Jepang. Selama dasawarsa 1990-an, perekonomian Jepang menunjukkan tanda-tanda menurun, setelah sebelumnya menikmati pertumbuhan tinggi. Saat itu, rata-rata pertumbuhan hannya 1,3 persen, dibanding 4,3 persen 20 tahun sebelumnya, sedangkan tingkat pengangguran, yang sepanjang sejarah Jepang selalu rendah, meningkat dari 2,1 persen (1990) menjadi 4,7 persen (1999). Sejak Agustus 2001, tingkat pengangguran mencapai lima persen atau tertinggi sejak Pemerintah Jepang mengenal statistik data ini pada tahun 1953.

DEPRESIASI

Beberapa pengertian dari depresiasi adalah sebagai berikut:
  1. Penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
  2. Proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara rasional dan sistematis, pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan penandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip penandingan.
  3. Melemahnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya, secara bertahap.
  4.  

Ketika krisis keuangan melanda seluruh dunia, banyak orang kaya yang kekayaannya menyusut akibat saham, dari milioner menjadi jutawan. Namun, dari negara yang mata uangnya mengalami depresiasi besar, pecahan mata uangnya juga sangat besar, dengan adanya depresiasi mata uangnya, kekayaan milioner yang kaya menjadi “meningkat”.
Depresiasi dalam akuntansi biasa disebut juga sebagai penyusutan. Penyusutan adalah proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan, atau bisa di artikan sebagai sejumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta/aset yang dipakai dalam proses untuk mendapatkan pendapatan, akan tetapi ini bukan berarti pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset.
Sedikit ilustrasi tentang depresiasi/penyusutan, seorang pedagang tahu goreng yang berjualan tiap hari dia memperoleh laba Rp. 20.000,- berikut adalah teknik perhitungan yang dipakai oleh si pedagang untuk menghitung laba atau keuntungan tiap hari : harga jual 1 biji tahu goreng Rp 1000,- tiap hari dia berhasil menjual tahu ± 100 buah, laba kotor diperoleh dengan rumus 1000 x 100 = Rp.100.000. (harga tahu x jumlah tahu terjual = laba kotor) berikut ini adalah cara untuk mengitung laba bersih, laba bersih = laba kotor - (harga beli tahu mentah + minyak goring + bahan bakar untuk kompor), maka Rp.100.000 - (Rp.40.000 + Rp.20.000 + Rp.20.000) = Rp. 20.000, jadi laba bersih yang diperoleh penjual tahu goreng tersebut adalah Rp.20.000, bagaimana dengan peralatan atau aset yang digunakan untuk memproduksi tahu seperti wajan dan kompor? Bukankah barang tersebut suatu saat akan rusak juga? Dan tiap kali digunakan wajan dan kompor tersebut mengalami penurunan nilai dengan kata lain wajan dan kompor tersebut mengalami kerusakan sedikit demi sedikit hingga suatu saat tidak bisa dipakai lagi, dan sang penjual tahu harus membelinya lagi, seharusnya sang penjual tahu juga memasukkan biaya berkurangnya wajan dan kompor, biaya yang dikeluarkan untuk mengganti nilai berkurangnya wajan dan kompor inilah yang disebut sebagai biaya depresiasi atau biaya penyusutan, dengan begitu maka formula yang dipakai untuk menghitung laba bersih penjual tahu akan menjadi seperti ini, pendapatan kotor - (harga beli tahu mentah + minyak goreng + bahan bakar kompor + biaya penyusutan wajan & kompor) = laba bersih, maka Rp.100.000 - (Rp.40.000+Rp.20.000+Rp.20.000+Rp.250) = Rp.19.750. jadi laba bersih setelah dikurangi dengan biaya penyusutan menjadi Rp.19.750.
Cara untuk menentukan besarnya biaya penyusutan atau biaya depresiasi ada beberapa metode karena contoh diatas perusahaan kecil menengah maka bisa menggunakan penyusutan garis lurus yaitu dengan menentukan berapa tahun wajan dan kompor tersebut dapat digunakan, berapa nilai sisa atau nilai residu dan harga beli dari kedua barang tersebut, misalkan wajan tersebut dapat dipakai sekitar 3 tahun, nilai sisa nya Rp.30.000, dan harga belinya Rp.300.000. maka biaya penyusutan = (harga beli - taksiran nilai sisa) ÷ taksiran umur kegunaan, dengan menggunakan rumus diatas dapat ditentukan nilai penyusutan untuk wajan dan kompor adalah (Rp.300.000 - Rp.30.000) ÷ 3 = Rp. 90.000, jika penjual tahu menghitung penghasilannya perhari maka Rp.90.000:12 (bulan ) = Rp.7.500:30(hari)=Rp.250, jadi biaya penyusutan perhari kompor dan wajan Rp.250 sehingga pada akhir tahun ketiga wajan dan kompor tersebut sudah habis masa pakainya akan tetapi si penjual tahu mempunyai uang Rp.300.000 ini merupakan total biaya penyusutan yang telah dikumpulkan selama 3 tahun, akan tetapi biaya penyusutan tidak dapat diartikan sebagai pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset/aktiva/barang lama dengan aset yang baru, uang Rp.300.000 yang dipegang oleh si penjual tahu merupakan jumlah total biaya penyusutan (akumulasi biaya penyusutan) selama 3 tahun. bukan uang yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membeli wajan dan kompor baru.

APRESIASI

Beberapa pengertian dari apresiasi adalah sebagai berikut:
  1. Menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya.
  2. Kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
Mengapa Jepang yang perekonomiannya tangguh bisa mengalami downturn? Banyak penyebabnya. Namun, beberapa kuncinya adalah sebagai berikut.
Pertama, mata uang yen mengalami apresiasi (yendaka) tajam. Apresiasi yang keterusan menyebabkan biaya hidup dan biaya produksi di Jepang meningkat pesat. Akibatnya, harga barang dan jasa Jepang berkurang daya saingnya.
Kedua, akibat yendaka, terjadi relokasi industri besar-besaran. Banyak perusahaan Jepang memindah lokasi pabriknya ke Cina dan Asia Tenggara. Pengangguran di Jepang pun meningkat.
Ketiga, tingkat kepercayaan (confidence level) atas perekonomian merosot yang ditunjukkan dengan harga saham rendah. Indeks akhir tahun 1990-an hanya separuh dari indeks satu dasawarsa sebelumnya.
Keempat, harga tanah ikut merosot. Pada dasawarsa 1980-an, harga tanah meroket tinggi lalu menurun tajam sejak 1990-an. Seperti kasus harga saham dan tanah, terjadi koreksi. Harga yang sudah kelewat tinggi, suatu saat akan mengalami koreksi menurun.
Kelima, saham dan tanah merupakan barang paling sering dipakai sebagai jaminan kredit bank. Karena harga keduanya jatuh, maka kredit-kredit perbankan banyak mengalami kemacetan. Terjadilah bad debt atau credit crunch.
Keenam, secara demografis, penduduk Jepang mengalami stagnasi. Jumlah penduduk mereka stabil di level 124 juta, dan praktis tidak bertambah. Sementara itu, tingkat harapan hidup (life expectancy at birth) terus meningkat. Dengan struktur demografi yang cenderung menggelembung di kelompok usia lanjut (jumlah orang tua makin banyak), maka terjadi beban ketergantungan (dependency) yang kian tinggi. Usia produktif berkurang, usia lanjut bertambah. Implikasinya, pembayaran pensiun membesar yang menambah beban fiskal pemerintah.

REVALUASI

Beberapa pengertian tentang revaluasi adalah sebagai berikut:
  1. Kebijakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
  2. penilaian kembali atas aktiva tetap yang dipakai dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan untuk tujuan perpajakan.

Tidak semua wajib pajak (WP) dapat melakukan revaluasi aktiva tetap. Yang diperkenankan hanya wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT). Untuk pengalihan aktiva tetap milik wajib pajak (seperti dijual seperti kasus Anda), yang memperoleh persetujuan untuk dilakukan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat baru, maka dikenakan PPh yang bersifat final 20 persen dari selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan dengan sisa kerugian fiskal pada tahun-tahun sebelumnya.
Kecuali beberapa hal, yakni:

1. Pengalihan aktiva tetap perusahaan (WP) yang bersifat force majeur berdasar keputusan/kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan.

2. Pengalihan aktiva tetap perusahaan (WP) dalam rangka memenuhi persyaratan penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha untuk tujuan perpajakan.

3. Penarikan aktiva tetap perusahaan (WP) dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa diperbaiki dan tidak digunakan dalam operasional sehari-hari.


No comments:

Post a Comment

Kebahagiaan sejati bukanlah pada saat kita berhasil meraih apa yg kita perjuangkan, melainkan bagaimana kesuksesan kita itu memberi arti atau membahagiakan orang lain.