Monday, March 4, 2013

Value Chain



Konsep Value Matrix dalam Virtual Value Chain
          Menurut Chopra dan Meindl (2007), jenis strategi yang dipilih oleh perusahaan berawal dari mengerti apa yang diinginkan oleh konsumennya. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan konsumen yang selalu berubah seiring dengan perubahan waktu sehingga perusahaan harus siap mengantisipasi perubahan tersebut. Satu diantara cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber daya dan kemampuannya adalah dengan melakukan analisa value chain. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), Analisa value chain memungkinkan perusahaan untuk mengerti bagian-bagian kegiatan perusahaan yang mana sajakah yang dapat dan tidak dapat menciptakan nilai.

Sumber: Porter, Michael E., Competitive Advantage Creating and Sustaining Superior Performance – With a new Introduction: The Free Press, (1998:37)
 Konsep value chain Porter ini ingin menjelaskan bahwa setiap mata rantai, baik yang utama maupun yang mendukung bisa menambah nilai pada produk yang dihasilkan. Sedangkan dalam hubungannya dengan rantai pasokan, analisis kelemahan dan kekuatan dengan keterkaitannya terhadap value chain dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas di dalam perusahaan.

          Menurut McLeod dan Schell (2007), value chain Porter seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 menunjukkan aktivitas-aktivitas utama dan pendukung  yang memberikan kontribusi pada margin. Margin merupakan nilai produk atau jasa perusahaan dikurangi dengan biaya produksi seperti yang dipersepsikan oleh konsumen perusahaan, dan margin merupakan tujuan dari value chain tersebut. Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang disebut Porter sebagai value activities. Value activities perusahaan terdiri dari dua kategori yaitu primary activities dan support activities yang dapat didefinisikan sebagai berikut (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:39):
a.    Primary activities, aktivitas ini adalah aktivitas yang menyumbang dalam hal penciptaan fisik barang hasil produksi, penjualan dan pendistribusiannya kepada pembeli, dan juga layanan purna jual.
b.    Support activities, aktivitas ini adalah aktivitas yang membantu primary activities dan membantu satu sama lain.

          Menurut Hutapea (2008:15), “Value chain dianggap sebagai template yang digunakan oleh perusahaan untuk mengerti posisi biaya dan mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi implementasi pada tingkat strategi bisnis”. Aktivitas-aktivitas nilai utama (primary activities) ditunjukkan pada lapisan bawah diagram yang meliputi (Porter, 1985 ; McLeod dan Schell, 2007) :
a.     Inbound Logistics, merupakan pengumpulan logistik untuk mendapatkan bahan mentah dan persediaan dari pemasok. Aktivitas ini terkait dengan pengendalian bahan (material handling), pergudangan, pengawasan persediaan, penjadwalan distribusi (vehicle scheduling), dan pemesanan kembali ke supplier.
b.   Operations, merupakan aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Aktivitas ini terkait dengan machining, packaging, assembly, equipment maintenance, testing, printing, dan fasilitas dari aktivitas operasi.
c.     Outbond Logistics, merupakan penyebaran logistik yang berhubungan dengan transportasi dan distribusi produk ke konsumen. Aktivitas ini terkait dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik suatu produk ke konsumen, seperti aktivitas penyimpanan barang jadi, pengendalian bahan, pengiriman, proses pemesanan, dan penjadwalan.
d.    Marketing and Sales, merupakan pemasaran dan penjualan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan menerima pesanan. Aktivitas ini terkait dengan cara bagaimanakah memperkenalkan produk ke konsumen sehingga konsumen dapat membeli produk tersebut. Cara yang efektif untuk dilakukan adalah dengan memasang iklan, promosi, memilih saluran distribusi dan tenaga penjual yang tepat, serta menetapkan harga yang sesuai.
e.    Service, merupakan pelayanan untuk memelihara hubungan baik dengan para pelanggan setelah transaksi jual beli. Aktivitas ini terkait dengan menyediakan pelayanan untuk meningkatkan dan memelihara nilai produk. Perusahaan dapat melakukan aktivitas jasa seperti instalasi, perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian produk.
Selanjutnya, aktivitas-aktivitas nilai pendukung (support activities) ditunjukkan pada lapisan atas diagram yang meliputi (Porter, 1985 ; McLeod dan Schell, 2007):
a.    Firm Infrastructure, yaitu penyusunan organisasi yang memengaruhi semua aktivitas utama. Aktivitas ini terkait dengan manajemen perusahaan secara umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, kualitas manajemen, dan hubungan pemerintah untuk mendukung aktivitas dari keseluruhan rantai nilai.
b.  Human Resource Management, yaitu pengelolaan sumber daya manusia. Aktivitas ini terkait dengan pengelolaan pegawai perusahaan, seperti rekrutmen, hiring, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi personil.
c.    Technology Development, yaitu pengembangan teknologi yang meliputi semua aktivitas yang melibatkan teknologi dalam penerapan teknologi secara efektif. Aktivitas ini dilakukan untuk meningkatkan produk dan proses terkait, seperti melakukan R&D (Research and Development) dan membuat rancangan produk.
d.   Procurement, yaitu pengadaan yang meliputi aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan sumber daya seperti material dan mesin yang akan digunakan oleh aktivitas utama. Dalam aktivitas procurement ini, hal yang dikembangkan adalah hubungan dengan para pemasok kunci untuk efektivitas dan efisiensi prosedur pengadaan barang terkait dengan mutu, waktu, dan harga.

 


No comments:

Post a Comment

Kebahagiaan sejati bukanlah pada saat kita berhasil meraih apa yg kita perjuangkan, melainkan bagaimana kesuksesan kita itu memberi arti atau membahagiakan orang lain.