Konsep
Value Matrix dalam Virtual Value Chain
Menurut Chopra dan Meindl (2007),
jenis strategi yang dipilih oleh perusahaan berawal dari mengerti apa yang
diinginkan oleh konsumennya. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan konsumen yang
selalu berubah seiring dengan perubahan waktu sehingga perusahaan harus siap
mengantisipasi perubahan tersebut. Satu diantara cara yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber daya dan kemampuannya
adalah dengan melakukan analisa value
chain. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), Analisa value chain memungkinkan perusahaan
untuk mengerti bagian-bagian kegiatan perusahaan yang mana sajakah yang dapat
dan tidak dapat menciptakan nilai.
Sumber: Porter,
Michael E., Competitive Advantage
Creating and Sustaining Superior Performance – With a new Introduction: The
Free Press, (1998:37)
|
Konsep value chain Porter ini ingin menjelaskan
bahwa setiap mata rantai, baik yang utama maupun yang mendukung bisa menambah
nilai pada produk yang dihasilkan. Sedangkan dalam hubungannya dengan rantai pasokan, analisis kelemahan dan
kekuatan dengan keterkaitannya terhadap value
chain dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas di dalam
perusahaan.
Menurut McLeod dan Schell (2007), value chain Porter seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.6 menunjukkan aktivitas-aktivitas utama dan
pendukung yang memberikan kontribusi
pada margin. Margin merupakan nilai produk atau jasa perusahaan dikurangi
dengan biaya produksi seperti yang dipersepsikan oleh konsumen perusahaan, dan
margin merupakan tujuan dari value chain
tersebut. Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan aktivitas-aktivitas
yang disebut Porter sebagai value
activities. Value activities
perusahaan terdiri dari dua kategori yaitu primary
activities dan support activities
yang dapat didefinisikan sebagai berikut (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:39):
a. Primary activities,
aktivitas ini adalah aktivitas yang menyumbang dalam hal penciptaan fisik
barang hasil produksi, penjualan dan pendistribusiannya kepada pembeli, dan
juga layanan purna jual.
b. Support activities,
aktivitas ini adalah aktivitas yang membantu primary activities dan membantu satu sama lain.
Menurut Hutapea (2008:15), “Value chain dianggap sebagai template yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengerti posisi biaya dan mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi implementasi pada tingkat strategi bisnis”.
Aktivitas-aktivitas nilai utama (primary
activities) ditunjukkan pada lapisan bawah diagram yang meliputi (Porter,
1985 ; McLeod dan Schell, 2007) :
a. Inbound
Logistics, merupakan pengumpulan logistik untuk mendapatkan bahan mentah
dan persediaan dari pemasok. Aktivitas ini terkait dengan pengendalian bahan (material handling), pergudangan,
pengawasan persediaan, penjadwalan distribusi (vehicle scheduling), dan pemesanan kembali ke supplier.
b. Operations,
merupakan aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Aktivitas ini
terkait dengan machining, packaging, assembly,
equipment maintenance, testing,
printing, dan fasilitas dari aktivitas operasi.
c. Outbond
Logistics, merupakan penyebaran logistik yang berhubungan dengan
transportasi dan distribusi produk ke konsumen. Aktivitas ini terkait dengan
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik suatu produk ke
konsumen, seperti aktivitas penyimpanan barang jadi, pengendalian bahan,
pengiriman, proses pemesanan, dan penjadwalan.
d. Marketing
and Sales, merupakan pemasaran dan penjualan untuk mengetahui kebutuhan
konsumen dan menerima pesanan. Aktivitas ini terkait dengan cara bagaimanakah
memperkenalkan produk ke konsumen sehingga konsumen dapat membeli produk
tersebut. Cara yang efektif untuk dilakukan adalah dengan memasang iklan,
promosi, memilih saluran distribusi dan tenaga penjual yang tepat, serta
menetapkan harga yang sesuai.
e. Service,
merupakan pelayanan untuk memelihara hubungan baik dengan para pelanggan
setelah transaksi jual beli. Aktivitas ini terkait dengan menyediakan pelayanan
untuk meningkatkan dan memelihara nilai produk. Perusahaan dapat melakukan
aktivitas jasa seperti instalasi, perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian produk.
Selanjutnya,
aktivitas-aktivitas nilai pendukung (support
activities) ditunjukkan pada lapisan atas diagram yang meliputi (Porter,
1985 ; McLeod dan Schell, 2007):
a. Firm Infrastructure,
yaitu penyusunan organisasi yang memengaruhi semua aktivitas utama. Aktivitas
ini terkait dengan manajemen perusahaan secara umum, perencanaan, keuangan,
akuntansi, hukum, kualitas manajemen, dan hubungan pemerintah untuk mendukung
aktivitas dari keseluruhan rantai nilai.
b. Human Resource
Management, yaitu pengelolaan sumber daya manusia.
Aktivitas ini terkait dengan pengelolaan pegawai perusahaan, seperti rekrutmen,
hiring, pelatihan, pengembangan, dan
kompensasi personil.
c. Technology Development,
yaitu pengembangan teknologi yang meliputi semua aktivitas yang melibatkan
teknologi dalam penerapan teknologi secara efektif. Aktivitas ini dilakukan
untuk meningkatkan produk dan proses terkait, seperti melakukan R&D (Research and Development) dan membuat
rancangan produk.
d. Procurement,
yaitu pengadaan yang meliputi aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan
sumber daya seperti material dan mesin yang akan digunakan oleh aktivitas
utama. Dalam aktivitas procurement ini,
hal yang dikembangkan adalah hubungan dengan para pemasok kunci untuk
efektivitas dan efisiensi prosedur pengadaan barang terkait dengan mutu, waktu,
dan harga.
No comments:
Post a Comment