Harga
diri merupakan salah satu konsep sentral dalam kajian psikologi.
Terutama pada remaja, harga diri sering kali dikaitkan dengan berbagai
tingkah laku khas remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan,
pacaran, sampai prestasi olah raga. Perkembangan harga diri pada seorang
remaja akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa
mendatang.
Harga Diri
Harga diri (self esteem)
dalam pembicaraan sehari-hari lebih sering dikaitkan dengan situasi
tersinggung atau penghargaan terhadap diri maupun orang lain yang
dinilai melalui perilaku orang yang bersangkutan. Misalnya ungkapan "Dia
tidak punya harga diri", atau "Nggak PD" (pd = percaya diri).
Ungkapan-ungkapan seperti ini memang tidak terlalu tepat dalam konteks
psikologi, namun tetap menggambarkan arti penting dari harga diri.
Harga
diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu
terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-ikap yang dapat bersifat
positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan
mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang
positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa
yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya
diperlukan di dunia ini. Misalnya seorang remaja yang memiliki harga
diri yang cukup positif, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia
dan orang lain harapkan. Pada gilirannya, keyakinan itu akan memotivasi
remaja tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
Sebaliknya, seorang remaja yang memiliki harga diri
yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak
berharga. Di samping itu remaja dengan harga diri yang negatif cenderung
untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya,
lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta
menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak
merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya,
cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina
komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.
Pada remaja yang memiliki harga diri negatif inilah
sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan
berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang,
seolah-olah, membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari
pengakuan dan perhatian dari teman-temannya. Dari sinilah kemudian
muncul penyalahgunaan obat atau berkelahi, misalnya, yang dilakukan demi
mendapatkan pengakuan dari lingkungannya.
Tidak semua kompensasi harga diri negatif menyebabkan perilaku negatif. Ada
juga yang menyadari perasaan rendah diri kemudian mengkompensasikannya
melalui prestasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam hal ini, prestasi
apapun yang dicapai, akan meningkatkan harga diri seseorang.
Berkaitan
dengan masa remaja, hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara
menunjukkan bahwa masa yang paling penting dan menentukan perkembangan
harga diri seseorang adalah pada masa remaja. Pada masa inilah terutama
seseorang akan mengenali dan mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya,
sehingga menentukan apakah ia akan memiliki harga diri yang positif atau
negatif.
No comments:
Post a Comment