Monday, March 18, 2013

Self Defeating


Self-Defeating 


Self-defeating di sini adalah istilah yang dapat menjelaskan peristiwa khusus berupa "tindakan bunuh diri" dengan klaim hanya karena orang lain telah melakukan kesalahan, bukan karena keinginan diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Dalam peristiwa lelaki di atas, persoalan mendasar bukan terletak pada  kuantitas dan intensitas bentrok  dengan pihak kampus dan pihak perusahaan tetapi akibat cara bentrok yang membuat perjalanan akademik dan karirnya jalan di tempat.  Sangat dimungkinkan sikap lelaki di atas terhadap perilaku orang lain punya alasan benar tetapi yang patut disayangkan sikap itu tidak didasari oleh keinginan untuk menjadi lebih baik paska bentrok. Bukankah itu pantas dikatakan sebagai tindakan bunuh diri?
 
Pendek kata, bentrok hanya untuk bentrok atau  cerai hanya untuk cerai, seringkali mewariskan karakter dan kepribadian bentrok yang menggeneralisasi semua peristiwa yang menyangkut hubungan dengan pihak lain. Padahal antara bentrok karena pembelaan prinsip kebenaran senilai hidup-mati dengan bentrok pembelaan egoisme sesaat ATAU antara bentrok karena semata orang lain salah dan bentrok karena keinginan untuk memperbaiki diri adalah peristiwa spesifik yang berbeda. Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa bentrok dalam arti self-defeating adalah bentrok yang tidak menjadikan aktivitas hubungan sebagai materi untuk meningkatkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain.
 
Padahal menjalin hubungan dengan orang lain berperan dominan dalam mempengaruhi sukses atau gagal perlajanan hidup seseorang. Menyimak pendapat para pakar tentang peranan hubungan, meskipun diberikan secara terpisah, tetapi  kalau digabungkan kira-kira akan mengarah pada kesimpulan bahwa setiap orang punya tiga wilayah  yaitu wilayah public: profesi, bisnis atau  lain; wilayah  private: keluarga, sahabat, atau teman; dan wilayah secret: anda dengan anda tentang anda (Stephen R. Covey, dalam  The Quality  Life: 1992).  Wilayah pertama dan kedua merupakan wilayah saling memberi-menerima pengaruh (influential zone), dimana kenyataannya  mayoritas waktu hidup semua orang dicurahkan.
 
Kalau dikalkulasikan, jumlah pengaruh yang dihasilkan dari interaksi itu mencapai 40 aspek dalam diri setiap orang dimana peranan yang dimainkan cukup besar  dalam kaitan dengan  sukses-gagal perjalanan seseorang (Anne S. Doody, dalam Peach of Mind- Fact or Fiction: 2001). Bahkan kalau bicara kekuatan yang berperan mempengaruhi sukses-gagal perjalanan hidup, hubungan (relationship) menempati urutan pertama  dari tiga kekuatan dominan yang mempengaruhi sukses-gagal perjalanan seseorang sebelum  kekuatan lain yaitu: personal integrity dan personal exploration (Keller & Berry, dalam One American in Ten Tells the Other Nine How to Vote, Where to Eat, and What to buy. Free Press: 2003).
 
Urutan itu memang sejalan dengan kebenaran fakta bahwa  relationship punya andil besar dalam mempengaruhi pencapaian kualitas hidup di wilayah sentral: karir, keluarga, bisnis, sosial dan lain-lain. Oleh karena itu Alf Cattel mengatakan bahwa jika sudah ditakdirkan semua manusia hidup dengan business of selling maka relationship is product. Senada dengan Cattel,   A.H. Smith, mantan presiden perusahaan kereta api di Amerika Serikat, mengatakan: "Kereta api adalah 95 % manusia dan 5 % besi".

Indikasi 


Terlepas dari alasan apapun yang menyebabkan hubungan anda dengan pihak lain harus berakhir,  satu hal yang perlu anda jaga adalah jangan sampai mengakhiri hanya untuk mengakhiri yang justru akan merusak perkembangan berikutnya. Supaya tidak merusak, rasakanlah sebagian indikasi berikut bekerja di dalam diri anda:

1.  Kreasi

Seperti yang diakui lelaki di atas bahwa tidak cukup hanya mengandalkan kebenaran yang anda pegang teguh sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan dengan si X, tetapi apakah keputusan itu bisa mengaktifkan  daya kreasi anda berikutnya? Kalau anda memilih putus hubungan dengan perusahaan tetapi senjata anda hanya  menulis surat lamaran yang tidak tahu kapan mendapat jawaban, apalagi sering anda lakukan, benarkan anda merasa tidak menyiksa diri?

2.  Kebahagiaan

Salah satu sumber kebahagian adalah keharmonisan hubungan dengan orang lain. Dan kebahagiaan  adalah sumber kesuksesan, minimalnya sumber kesuksesa di dalam. Tidak sebaliknya. Jika anda memilih mengakhiri hubungan dengan si X, benarkah anda akan merasa lebih bahagia dalam arti yang sebenarnya?   Kalau orang bercerai hanya sekali untuk memperbaiki hidup mungkin masih bisa dibenarkan tetapi kalau dilakukan berkali-kali apalagi meninggalkan warisan anak dimana-mana, benarkah peristiwa itu tidak menggangu kebahagiannya? Bahagia dan tidak bahagia adalah spectrum kondisi internal yang pada akhirnya tidak punya kaitan dengan apa yang dirasakan orang lain tetapi kembali pada apa yang anda rasakan tentang diri anda.

3.  Kekuatan

Musuh yang mengancam kekuatan seseorang secara mayoritas dapat dikatakan bukan musuh dari luar tetapi anda melawan anda. Tidak sulit menemukan jalan untuk mengakhiri hubungan dengan orang lain dengan alasan kalkulasi kekuatan. Tetapi yang perlu anda pertimbangankan adalah karakter  bentrok yang diwariskan.  Kalau anda sudah biasa  dengan karakter dan kebiasaan tertentu maka sulit bagi anda melihat cara lain yang lebih baik. Di samping juga karakter memiliki daya tarik. Karakter bentrok akan selalu mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk bentrok seperti juga penjahat yang senantiasa menemukan jalan untuk berbuat jahat. Padahal fakta alamiyah menunjukkan semakin banyak bentrok yang anda menangkan tidak berarti semakin banyak jumlah kekuatan yang anda dapat, tetapi justru sebaliknya.

Pembelajaran Diri 


Salah satu solusi yang bisa menghindarkan anda dari self-defeating adalah dengan melakukan pembelajaran diri. Prinsip dasar pembelajaran-diri adalah mengaktifkan kemampuan pasif yang sudah disediakan sejak lahir untuk menggapai kualitas hidup lebih baik dari kemarin dan hari ini. Menjaga keharmonisan hubungan menuntut kemampuan manajemen diri yang terus ditingkatkan.  Materi yang dapat anda jadikan ajang pembelajaran-diri  adalah:

1.  Kebiasaan Bereaksi

Mayoritas orang menjalankan keputusan  didasarkan pada kebiasaan reaksi pertama. Tidak ada masalah kalau kebiasaan itu menghasilkan tindakan yang tidak fatal yang mengarah pada self defeating, tetapi sayangnya reaksi pertama lebih banyak menimbulkan penyesalan di akhir tindakan. Reaksi pertama mencerminkan mentalitas "jump to conclusion" yang secara ilmiah telah terbukti banyak mengurangi bobot kualitas keputusan karena lebih kuat mengakar pada kebenaran sendiri dalam arti pertahanan posisi egoisme. Namun demikian, perlu diakui bahwa terlalu lamban menentukan reaksi dalam menyelesaikan hubungan dengan pihak lain juga tidak dijamin keputusan itu lebih berkualitas.  Bahkan seringkali lebih bisa diartikan sebagai pengabaian, tidak kritis, dan tidak sensitif, atau hangus.
 
Sebagai pembelajaran, ciptakan kebiasaan  mengendapkan persoalan dari luar untuk diolah di dalam sampai benar-benar masak sebelum  disuguhkan kepada orang lain. Di sini yang dibutuhkan adalah penguasaan ‘the art of cooking’ dalam arti memahami ukuran api dan ukuran kematangan masakan. Kalau dipikir semua orang punya bahan yang sama untuk dimasak tetapi yang benar-benar membedakan adalah kualitas bagaimana orang itu memasak dan seni menyuguhkan. Kalau anda menangkap semua aksi orang lain dengan reaksi yang menjunjung tinggi kepentingan sesaat tanpa pengendapan (baca: dimasak),  berarti sama dengan menyuguhkan masakan yang masih mentah.

2.  Penguasaan Bahasa Hidup

Ucapkan terima kasih kepada lingkungan dan lembaga sekolah yang telah mengajarkan anda kata-kata dan ilmu bahasa. Tetapi tidak cukup dengan menggunakan apa yang telah secara optimal diberikan orang lain tentang bahasa tetapi anda perlu menjadikan semua pemberian itu sebagai modal dasar memahami bahasa hidup yang mungkin tidak diajarkan tetapi dapat dipelajari (learning the unteachable materials). Anda bisa memahami bahasa hidup dengan mempelajari kultur dan tradisi, mempelajari bagaimana kata-kata menciptakan dampak psikologis atau symbol of status tertentu,   dan mempelajari cara pengungkapan kata secara assertive, diplomatis, dan ekspresif.
 
Bahasa  adalah the art of serving, seni bagaimana menyajikan keputusan yang yang telah anda masak sebagai reaksi terhadap aksi orang lain. Sebagus apapun masakah yang anda olah tetapi kalau disuguhkan dengan cara yang menunjukkan semangat-bahasa  bertentangan maka sangat mungkin melahirkan pemahaman yang berbeda. Sebagai gambaran bahwa setiap orang secara alamiah sebenarnyaa  membutuhkan koreksi orang lain dari tindakannya yang salah; tetapi kenyataannya orang menolak untuk dikoreksi sebab yang diinginkan adalah koreksi yang disuguhkan dengan cara yang sesuai keinginannya.

3.  Kontrak Rahasia

Hubungan dengan orang lain tidak bisa dipisahkan dengan pemahaman isi Kontrak Tak Tertulis yang menciptakan pengaruh riil. Kontrak Tak Tertulis atau Kontrak Rahasia inilah yang sering diistilah dengan Kontrak Psikologis. Menjaga hubungan tidak cukup dengan mengatakan semua yang anda tahu tentang seseorang atau mengatakan semua yang anda tidak tahu atau hanya tahu setengah-setengah. Dan juga tidak cukup dengan memberi reaksi terhadap aksi orang lain atau mengabaikan semua aksi. Oleh karena itu pahamilah "written rule of relationship" untuk ditaati tetapi jangan lupa memahami "the unwritten rule" dalam bentuk pengecualian atau isyarat.
 
Menjaga hubungan yang  berjalan sesuai keinginan anda untuk memperbaiki kemampuan dalam menjalin hubungan, dibangun di atas pemahaman bahwa semua orang mengajukan Kontrak Tak Tertulis yang isinya sama: tolong pahami saya. Supaya tidak terjadi bongkar pasang atau bertentangan dengan keinginan anda, maka yang dituntut  adalah keberanian berkorban lebih dulu untuk memahami orang lain tanpa syarat. Hanya itu dan titik.  Sebab fakta alamiah menunjukkan kalau anda lebih dulu memahami tidak berarti anda yang merugi tetapi justru menjadi jalan untuk dipahami orang lain.


No comments:

Post a Comment

Kebahagiaan sejati bukanlah pada saat kita berhasil meraih apa yg kita perjuangkan, melainkan bagaimana kesuksesan kita itu memberi arti atau membahagiakan orang lain.