Wednesday, March 20, 2013

Empat Strategi untuk Berhenti Merokok


Mari kita buka artikel ini dengan mengingat kembali bahaya dari merokok: di tahun 2000 sendiri, total 2.410.000 orang di negara berkembang* meninggal prematur karena rokok (Ezzati & Lopez, 2003). Tentu jumlah ini “kecil” dibandingkan jumlah penduduk di negara-negara berkembang di dunia. Tapi, jika kita melihat lebih dekat, maka kita akan melihat keluarga-keluarga yang kehilangan pencari nafkah, anak-anak yang kehilangan sosok ayah untuk bertopang dan kesedihan karena kehilangan orang tersayang yang terlalu cepat datang. Walau jumlah tersebut “kecil”, jika ada anggota keluarga kita yang merokok, maka keluarga kita pun beresiko menghadapi dampak buruk tersebut.
Melalui penelitian selama 50 tahun dengan jumlah partisipan 34.439 orang, Doll, Peto, Boreham dan Sutherland (2004) menemukan bahwa efek buruk yang ditimbulkan oleh rokok membuat –secara rata-rata— para perokok akan meninggal 10 tahun lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak merokok. Doll dkk. (2004) melanjutkan bahwa makin cepat mereka yang merokok menghentikan kebiasaan buruk ini, maka makin banyak “umur” yang dapat diselamatkan. Jika seorang perokok berhenti sebelum umur 30 tahun, maka usia harapan hidupnya akan lebih panjang 10 tahun dibandingkan mereka yang merokok terus sampai akhir hayatnya. Jika seseorang berhenti pada umur 40 tahun, maka dia akan menyelamatkan 9 tahun usia harapan hidupnya. Jika seseorang berhenti pada umur 50 atau 60 tahun, maka secara berturut-turut, umur yang mereka selamatkan adalah 6 dan 3 tahun (Doll dkk., 2004).
Tertarik untuk menyelamatkan “umur” diri sendiri atau anggota keluargamu yang merokok? Langkah pertama adalah mencari tahu kiat-kiat berhenti merokok yang paling cocok untukmu atau anggota keluargamu yang perokok. Jenis-jenis terapi untuk berhenti merokok (smoking cessation) ini dibedakan berdasarkan besarnya kemauan dari perokok yang menjalaninya: self-help, group therapy, terapi zat kimia dan professional support. Jadi, misalkan anggota keluargamu yang perokok cukup menyadari bahaya tar dan bahan kimia lainnya yang terkandung di dalam selinting tembakau, self-help sudah cukup untuk mengalahkan adiksi ini. Tapi, jika sang perokok sangat mencintai stimulan tersebut, maka dibutuhkan intervensi yang lebih berat. Terapi smoking cessation ini juga bisa dikombinasikan satu dengan yang lainnya untuk memberikan hasil yang lebih besar.
Yuk, kita kenali jenis-jenis terapi smoking cessation dan tingkat efektifitasnya berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli psikologi:

Self-Help

Jenis terapi ini berbentuk instruksi tertulis yang biasanya berisi: informasi mengenai efek medis yang ditimbulkan oleh zat kimia yang terkandung di dalam rokok, mengajarkan teknik untuk berhenti merokok dan/atau memberikan informasi mengenai zat yang bisa dipakai (contoh: koyo nikotin) sebagai pengganti rokok selama usaha untuk berhenti merokok.
Perokok juga bisa membuat sendiri terapi self-help dengan mengkliping artikel medis yang berkaitan dengan informasi di atas atau mendaftarkan diri di program berhenti merokok seperti yang terdapat di situs ini.
Hanya saja, karena usaha berhenti merokok hanya dibebankan kepada orang yang merokok sendiri, maka efek yang diberikan cukup kecil (Lancaster & Stead, 2009). Hanya 7,9% perokok yang tidak mendapat bantuan dari orang lain yang dapat menyetop dirinya sendiri dari kebiasaan merokok (Mallin, 2002). Tetapi, peneliti menemukan bahwa mereka yang mendapatkan instruksi tertulis ini memiliki kemungkinan yang secara signifikan lebih besar untuk berhenti merokok, dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan informasi sama sekali (Lancaster & Stead, 2009).

Group therapy
 
Group therapy adalah bentuk terapi dengan mengumpulkan orang-orang yang dalam proses berhenti merokok. Biasanya group therapy dipimpin oleh psikolog, dokter, suster atau mantan-perokok. Dalam group therapy, perokok dapat melihat motivasi orang lain untuk berhenti merokok sehingga dia mendapatkan informasi tambahan mengenai pentingnya hidup bebas rokok. Perokok juga akan mengetahui kiat orang lain dalam menghentikan kebiasaan merokok dan diharapkan dapat menjalankannya di hidupnya sendiri. Fungsi lain group therapy adalah agar terjadi support emosional diantara orang-orang yang sedang berusaha menyelamatkan hidup mereka ini.
Dengan menganalisa 58 group therapy yang pernah dilakukan, Lancaster dan Stead (2009) menemukan bahwa tingkat keberhasilannya mencapai dua kali lipatnya terapi self-help. Pada laki-laki, hasil group therapy ini akan meningkat jika pada saat sesi terapi, ada anggota keluarga atau temannya yang ikut diskusi di dalam grup (Carlson, Goodey, Bennet, Taenzer & Koopmans, 2002).

Terapi zat kimia

Terdapat dua jenis terapi dengan bantuan zat kimia, dan keduanya dianggap cukup efektif untuk membantu perokok untuk berhenti (Mallin, 2002). Yang pertama adalah terapi penggantian nikotin (nicotine replacement therapy alias NRT). Pada NRT, perokok mengganti sumber konsumsi nikotin dari rokok menjadi koyo nikotin, permen karet nikotin atau penyemprot nikotin. Dasar berpikirnya adalah, bahwa kebanyakan perokok tidak bisa berhenti karena sudah kecanduan nikotin. Jadi, kebutuhan mereka terhadap nikotin tetap diberikan, tetapi pemasukan zat kimia lain dari rokok sudah bisa dihentikan. Nikotin yang diberikan ini kadarnya berbeda-beda (berdasarkan hasil tes Faerstorm yang bisa kamu cari di internet atau kamu minta dari seorang psikolog), akan dikurangi tiap 4 minggu sekali dan harus berhenti sama sekali dalam waktu delapan sampai dua belas minggu (Mallin, 2002). Selama memakai NRT, perokok harus sudah tidak mengkonsumsi rokok.
Terapi lainnya adalah dengan menggunakan obat seperti ipratropium atau bupropion yang penggunaannya harus diawasi oleh dokter (Mallin, 2002; Anthonisen, Skeans, Wise, Manfreda, Kanner & Connet, 2005). Cara bekerja obat ini berbeda-beda, misalnya bupropion yang menahan keinginan untuk merokok dengan mencegah penyedotan norepinephrine dan dopamine di otak. Kelebihan dari terapi ini adalah waktu terapinya yang cukup singkat (hanya satu sampai dua minggu) dan tingginya persentase keberhasilan. Tiga puluh persen perokok yang memakai terapi bupropion dapat menahan keinginan merokok selama minimal 12 bulan (efek yang sama hanya ditemukan pada enam belas persen perokok yang menggunakan NRT). Dalam kelompok yang menggabungkan terapi obat dan NRT, 36% anggotanya dapat menahan keinginan merokok selama minimal 12 bulan (Mallin, 2002).

Professional Support

Terapi ini berbentuk bimbingan mingguan dari seorang psikolog. Pertemuan ini juga bisa ditambah dengan pengecekan kondisi pasien dengan telepon. Bentuk terapinya biasanya adalah dengan mendeteksi kondisi kesiapan pasien untuk berhenti merokok, pembuatan langkah-langkah berhenti merokok yang sesuai dengan kondisi pasien, memberikan motivasi dan reward saat pasien berhasil menjalankan langkah-langkah yang dibuat, memberi resep NRT atau obat, mencarikan kelompok terapi jika dibutuhkan, serta menjaga agar pasien tidak kembali merokok (West, McNeill & Raw, 2000). Support dari pekerja profesional ini biasanya bisa memberikan efek yang lebih tahan lama.
Jadi, manakah bentuk terapi yang kamu butuhkan? Ayo, mulai dari sekarang untuk mendapatkan umur yang lebih panjang.
*Catatan: Total 4,83 juta manusia meninggal secara prematur karena rokok di tahun 2000 (Ezzati & Lopez, 2003).
Tempat kerja pun bisa memberikan terapi sendiri
Selain terapi yang sifatnya personal di atas, ada satu lagi cara yang terbukti efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok. Cara ini dapat dilakukan oleh kantor, yaitu dengan membuat gedung kantornya menjadi gedung bebas asap rokok. Dari 26 kali pengambilan data di kantor-kantor yang mempunyai peraturan bebas-rokok, jumlah konsumsi rokok berkurang sampai 29%, dengan beberapa pekerja akhirnya berhenti merokok sama sekali (Fichtenberg & Glantz, 2002).
Peraturan bebas-rokok ini akan menguntungkan baik bagi karyawan dan perusahaan. Untuk karyawan, selain kesehatan yang membaik, mereka juga akan bekerja di lingkungan yang tidak menggoda mereka untuk merokok. Sedangkan perusahaan akan bisa mengurangi dana untuk membayar biaya perawatan karyawannya yang terkena penyakit yang berkaitan dengan rokok.
 Dari Berbagai Sumber Artikel

No comments:

Post a Comment

Kebahagiaan sejati bukanlah pada saat kita berhasil meraih apa yg kita perjuangkan, melainkan bagaimana kesuksesan kita itu memberi arti atau membahagiakan orang lain.